🎃 Pertanyaan Tentang Komunikasi Interpersonal Dan Konseling

Melalui konseling pemberian pelayanan membantu klien memilih cara KB yang cocok dan membantunya untuk terus menggunakan cara tersebut dengan benar. b. TUJUAN 1) Meningkatkan penerimaan. Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan, berbicara dan komunikasi non-verbal meningkatkan penerimaan informasi mengenai KB oleh ArticlePDF AvailableAbstractKeberhasilan komunikasi interpersonal dalam konseling seorang bidan akan diuji bila menghadapi klien sesungguhnya. Kualitas komunikasi interpersonal dan konseling oleh mahasiswa kebidanan belum pernah dievaluasi, oleh karena itu, mahasiswa pada saat melakukan praktik kebidanan dilakukan penilaian keterampilan komunikasi interpersonal dan konseling oleh pembimbing klinik. Keterampilan komunikasi interpersonal dan konseling merupakan aspek penting dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, karena konseling membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhannya, sehingga klien merasa puas atas pilihan dan pelayanan yang diterimanya. Penelitian observasional potong lintang dilaksanakan di empat lokasi Bidan Praktik Mandiri Kabupaten Ciamis pada bulan Agustus 2015. Subjek penelitian adalah mahasiswa kebidanan tingkat III semester VI yang sudah lulus mata kuliah pelayanan Keluarga Berencana sebanyak 46 orang dengan teknik pengambilan sampel secara random sampling. Calon akseptor KB yang datang ke Bidan Praktik Mandiri dinilai apakah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, selanjutnya calon akseptor KB dipilih secara konsekutif sampai tercapai 46 orang. Data diperoleh menggunakan daftar tilik dan kuesioner, dianalisis dengan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara teknik konseling, perilaku empati dalam konseling yang ditampilkan mahasiswa, perilaku yang mencerminkan etika dalam konseling dengan kepuasan klien dengan nilai p>0,05. Tidak terdapatnya hubungan diduga karena pada saat penilaian hanya dinilai dari kepatuhan melakukan langkah klinik, namun tidak menilai isi atau materi konseling. Menilai empati tidak dinilai oleh klien, butir penilaian empati tidak dibuat secara khusus. Masih terdapatnya bias dalam proses penilaian dan mungkin juga dalam proses seleksi. Simpulan hasil penelitian, tidak terdapat hubungan antara teknik konseling, perilaku empati dalam konseling dan perilaku etika dalam konseling dengan kepuasan klien. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 40 IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri Neli Sunarni,1 Tina D. Judistiani,2 Zahrotur R. Hinduan,3 Hadyana Sukandar,4 Tita H. Madjid,5 Indun L. Setyono6 1 Mahasiswa Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2,4 Departemen Epidemiologi dan Biostatistik Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 3 Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran 5Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 6Departemen Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Abstrak Keberhasilan komunikasi interpersonal dalam konseling seorang bidan akan diuji bila menghadapi klien sesungguhnya. Kualitas komunikasi interpersonal dan konseling oleh mahasiswa kebidanan belum pernah dievaluasi, oleh karena itu, mahasiswa pada saat melakukan praktik kebidanan dilakukan penilaian keterampilan komunikasi interpersonal dan konseling oleh pembimbing klinik. Keterampilan komunikasi interpersonal dan konseling merupakan aspek penting dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, karena konseling membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhannya, sehingga klien merasa puas atas pilihan dan pelayanan yang diterimanya. Penelitian observasional potong lintang dilaksanakan di empat lokasi Bidan Praktik Mandiri Kabupaten Ciamis pada bulan Agustus 2015. Subjek penelitian adalah mahasiswa kebidanan tingkat III semester VI yang sudah lulus mata kuliah pelayanan Keluarga Berencana sebanyak 46 orang dengan teknik pengambilan sampel secara random sampling. Calon akseptor KB yang datang ke Bidan Praktik Mandiri dinilai apakah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, selanjutnya calon akseptor KB dipilih secara konsekutif sampai tercapai 46 orang. Data diperoleh menggunakan daftar tilik dan kuesioner, dianalisis dengan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara teknik konseling, perilaku empati dalam konseling yang ditampilkan mahasiswa, perilaku yang mencerminkan etika dalam konseling dengan kepuasan klien dengan nilai p>0,05. Tidak terdapatnya hubungan diduga karena pada saat penilaian hanya dinilai dari kepatuhan melakukan langkah klinik, namun tidak menilai isi atau materi konseling. Menilai empati tidak dinilai oleh klien, butir penilaian empati tidak dibuat secara khusus. Masih terdapatnya bias dalam proses penilaian dan mungkin juga dalam proses seleksi. Simpulan hasil penelitian, tidak terdapat hubungan antara teknik konseling, perilaku empati dalam konseling dan perilaku etika dalam konseling dengan kepuasan klien. Kata Kunci Komunikasi interpersonal, teknik konseling, perilaku empati, perilaku etika, kepuasan klien. Korespondensi Perum Graha Persada Blok C Sindangkasih Ciamis. Email nelisunarni13 Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 41 Relationship Between Interpersonal Communication and Counseling Skill By Midwifery Students with Client Satisfaction In Independent Midwives Practice Abstract The successfull of interpersonal communication of counseling a midwife will be assessed while she serves the real client. The quality of interpersonal communication and counseling by the midwifery students has never been evaluated, by this reason, the students while doing midwifery practice have been assessed for their skills by their clinical instructor in interpersonal communication and ounseling. Interpersonal Communicationdan Counseling skills is an important aspect in family planning service and reproduction health, because this counseling helps the clients to choose and deside the kinds of contraception to used based on her needs. Therefore, she feels satisfied by her choice and service. A cross-sectional observational research is done in the four Independent Midwives Practice locations in Ciamis Regency on August 2015. The subjects of the research, by random sampling technique, are 46 students of the third grade or the sixth semester of midwifery students who also passed the family planning service subject. The candidate of family planning acceptors who come to Independent Midwives Practice are assessed whether they fulfil the inclusion and exclusion criteria, and than they are chosen consecutively until 46 candidates. The data are taken from checklists and questionnaire and analyzed by correlation test. The results shows that there is no correlation among counseling techniques, empathy behaviour performed by students in counseling, the ethical behavior reflects in counseling and the clients satisfaction by p> this is suspected from the assessment that is only valued from their obedience to do the clinical procedure, not from the content or the counseling material assesment. To evaluate empathy does not be assessed by the clients and emphaty assessment item are not specifically made. Therefore, there is bias in assessment process and may be in selection process. The conclusion of the research is that there is no correlation among counseling techniques, empathy behaviour in counseling and ethics behaviour in counseling with client satisfaction. Keywords Interpersonal communication, counseling techniques, empathy behaviour, ethical behaviour, client satisfaction Pendahuluan Pedidikan Diploma III Kebidanan merupakan pendidikan vokasional yang menghasilkan Bidan Pelaksana dengan gelar Ahli Madya Kebidanan yang diharapkan dapat membantu memecahkan masalah kesehatan di Berbekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasainya, lulusan bidan harus mampu menghadapi segenap tantangan dan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pelayanan kebidanan. Tenaga kesehatan yang terampil menjadi salah satu syarat agar masalah kesehatan ibu dan anak dapat ditangani secara optimal. Terampilnya bidan bisa dicapai dengan melakukan praktik kebidanan yang memberikan kesempatan kepada untuk terjun langsung dalam proses pemberian asuhan kebidanan terhadap klien, sebagai sarana aplikasi teori yang telah mereka peroleh selama perkuliahan di kelas. Praktik kebidanan meliputi penampilan secara menyeluruh, termasuk dalam komunikasi interpersonal dan konseling, baik personal maupun kelompok. Kegiatan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara oleh konselor kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Tatacara pelaksanaan konseling dikenal dengan akronim GATHER Greet, Ask, Tell, Help, Explain, Return.2 KIP komunikasi interpersonal dan K konseling dilaksanakan tidak hanya memperhatikan aspek teknik konseling, tetapi juga tentang aspek perilaku empati dalam konseling dan aspek perilaku etika dalam konseling. Dalam proses konseling antara Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri 42 IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 bidan dengan klien perlu ditumbuhkan sikap empati. Kondisi empati dapat terwujud bila bidan memberikan perhatian kepada klien dan dapat mengetahui apa yang sedang dialami Penelitian yang dilakukan oleh Widayati 2014 menunjukkan bahwa sebesar 15,4% bidan belum memahami klien dan memperhatikan kebutuhan Selama proses konseling berlangsung seorang konselor harus memperhatikan aspek etika yaitu memperhatikan hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang Seorang konselor yang baik akan melakukan konseling dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, tidak menginterupsidan memotong pembicaraan klien serta menghargai pendapat klien sehingga klien akan merasa puas dan menggunakan alat kontrasepsi. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2011 menunjukkan bahwa belum terpenuhinya hak mendapatkan Keterampilan yang baik dalam memberikan konseling bertujuan meningkatkan pemahaman klien sehingga meningkatkan pula kepuasan karena klien merasa didengarkan dan Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan. Keterampilan lebih sukar dimiliki daripada pengetahuan. Namun, seseorang yang memiliki keterampilan dengan sendirinya sudah memiliki pengetahuan atas pekerjaan yang mereka lakukan. Pada umumnya keterampilan tidak mudah diperoleh dari perkuliahan, terutama perkuliahan yang tidak disertai studi kasus dan role STIKes Muhammadiyah Ciamis merupakan salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Kabupaten Ciamis, yang mempunyai lima program studi salah satunya adalah Program Studi D-III Kebidanan. Program Studi D-III Kebidanan mempunyai jumlah mahasiswa sebanyak 389 terdiri dari tingkat I sebanyak 96 orang, tingkat II sebanyak 134 orang dan tingkat III sebanyak 159 orang. Dalam proses belajar mengajar, dosen sebagai pengajar akan menggunakan pedoman dalam kurikulum dalam menjalankan tugasnya. Melalui proses belajar mengajar terjadi penyampaian informasi dan ilmu pengetahuan serta penanaman nilai-nilai maupun semester II mahasiswa mendapatkan pembelajaran Mata Kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan. Selain pembelajaran teori, mahasiswa juga melakukan praktik di laboratorium dengan bimbingan dosen pengampu. Evaluasi pembelajaran dilakukan melalui penilaian dari ujian tulis, ujian praktek dan penugasan. Hasil laporan CI Clinical Instructure pada praktik klinik sebelumnya menyatakan bahwa komunikasi interpersonal kurang baik pada saat praktik di lapangan termasuk pada saat melakukan konseling terutama teknik konseling yang kurang baik, mahasiswa kurang empati dan kurang memperhatikan etika dalam konseling sehingga klien merasa kurang puas dengan pelayanan konseling yang diberikan. Hal ini didukung oleh beberapa hasil penelitian seperti yang dilakukan oleh Rimawati 2011 di Semarang dengan metode kualitatif dari wawancara dengan 5 orang klien menunjukkan bahwa kontak mata yang dilakukan konselor berlebihan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan konselor tidak menyampaikan kesimpulan pada saat Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2011 di Kota Malang dan Kota Sampit dengan metode kualitatif dari wawancara dengan 8 orang akseptor KB isteri, 2 orang PLKB petugas lapangan keluarga berencana dan FGD Focus Group Discussion dengan para suami menunjukkan bahwa masih banyak klien memperoleh pelayanan konseling KB keluarga berencana yang kurang berkualitas yaitu klien mengeluhkan kurangnya penjelasan dari petugas kesehatan, kurang melakukan konseling dan pemberian Meskipun mahasiswa harus sudah lulus dengan baik pada mata kuliah komunikasi dalam praktik kebidanan sebelum melakukan praktik, dalam monitoring pelaksanaan praktik kebidanan, selama ini belum pernah dilakukan penilaian terhadap keterampilan KIP danK. Pengukuran kepuasan klien terhadap kualitas pelayanan khususnya konseling KB harus dilakukan secara berkala. Hal ini sesuai dengan Permenpan Nomor 16 Tahun 2014 bahwa survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik dilakukan minimal 1 tahun sekali,10 STIKes Muhammadiyah Ciamis pun belum pernah melakukan penelitian tentang Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 43 kepuasan klien, khususnya yang terkait dengan pelayanan konseling KB oleh mahasiswa ketika praktik di lapangan. Penulis menduga jika nilai keterampilan KIP danK baik, maka tingkat kepuasan klien akan baik pula. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rimawati 2006 dengan metode crossectional bahwa terdapat hubungan antara konseling dengan kepuasan akseptor Penilaian kepuasan terdiri dari keberadaan pelayanan, ketanggapan pelayanan dan Dalam penelitian ini hanya dapat dilakukan dua aspek penilaian yaitu ketanggapan pelayanan dan profesionalisme. Keberadaan pelayanan tidak dilakukan penilaian karena mahasiswa tidak secara penuh berada di tempat pelayanan tetapi dibagi secara bergantian untuk praktik di lapangan. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik dengan pendekatan potong Variabel bebas adalah keterampilan KIP danK teknik konseling, perilaku empati dalam konseling, perilaku etika dalam konseling, variabel terikat adalah kepuasan klien dan variabel perancunya adalah nilai mata kuliah komunikasi dalam praktik kebidanan. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III Program Studi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis sebanyak 46 orang dan calon akseptor KB yang datang ke BPM bidan praktik mandiri dinilai apakah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi selanjutnya calon akseptor KB dipilih secara konsekutif sampai tercapai 46 orang. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan Agustus 2015. Instrumen yang digunakan yaitu daftar tilik keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling serta kuesioner kepuasan atas pelayanan konseling KB. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji korelasi untuk menganalisis hubungan keterampilan komunikasi interpersonal dan konseling dengan kepuasan klien. Hasil Subjek penelitian terdiri dari 46 mahasiswa dan 46 klien. Berikut ini digambarkan karakteristik klien yang merupakan akseptor baru. Tabel 1. Karakteristik Klien 35 tahun Tabel 1 menunjukkan umur terbanyak klien yaitu 20-35 tahun, ibu dengan tidak bekerja, ibu dengan pendidikan SMA dan ibu mempunyai anak ≤ 2 orang. Tabel 2. Pemilihan Alat Kontrasepsi Pemilihan alat kontrasepsi Suntik 1 bulan Suntik 3 bulan AKDR Implant Dari tabel 2, terlihat bahwa semua klien menggunakan alat kontrasepsi, frekuensi tertinggi yaitu klien menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu sebanyak 56%. Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri 44 IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 Tabel 3. Hubungan antara Teknik Konseling, Perilaku Etika dalam Konseling, Perilaku Empati dalam Konseling, Nilai Komunikasi dalam Praktik Kebidanan dengan Kepuasan Klien Keterampilan Konseling KB Perilaku Empati dalam konseling Perilaku Etika dalam Konseling Keterangan * uji Kai kuadrat Hasil analisis uji statistik Kai kuadrat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara teknik konseling, perilaku empati dalam konseling, perilaku etika dalam konseling dengan kepuasan klien, dengan nilai p > 0,05. Selanjutnya dilakukan analisis korelasi Rank Spearman. Tabel 4. Korelasi antara Teknik Konseling, Perilaku Empati dan Perilaku Etika dalam Konseling dengan Kepuasan Klien Teknik Konseling dengan kepuasan klien Perilaku empati dengan kepuasan klien Perilaku etika dengan kepuasan klien Nilai komunikasi dengan kepuasan klien Keterangan rs = koefisien korelasi Rank Spearman. Hasil analisis uji korelasi menunjukkan hubungan antara teknik konseling, perilaku empati dan perilaku etika dalam konseling dengan kepuasan klien tidak bermakna dengan nilai p>0,05. Pembahasan Secara keseluruhan klien dalam penelitian ini menggunakan alat kontrasepsi, diduga karena pada saat persamaan persepsi dengan penguji, peneliti menjelaskan akan mengganti kompensasi jasa dan alat kontrasepsi yang digunakan sehingga menjadi bias seleksi pada sampel klien, kemungkinan penguji menyebarluaskan untuk pelayanan alat kontrasepsi gratis, yang seharusnya ada penekanan terhadap bidan yang akan menjadi penguji bahwa responden atau klien jangan diberitahu untuk pelayanan alat kontrasepsi gratis karena klien tersebut akan dijadikan sampel dalam penelitian. Dalam kuesioner terdapat butir penilaian keberhasilan konseling yaitu pengambilan keputusan namun tidak tampak perbedaaan sehingga terjadi bias. Kondisi ini juga diduga kemungkinan sudah ada niat dari diri klien sendiri dan motivasi yang tinggi didukung dengan biaya gratis, sehingga semua klien menggunakan alat kontrasepsi yang terdistribusi pada pemakaian alat kontrasepsi pil, suntik 1 bulan, suntik 3 bulan, AKDR alat kontrasepsi dalam rahim dan implan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putriningrum Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 45 dengan hasil menunjukkan bahwa sebanyak 70,58% atas kesadaran dan kemauan sendiri untuk memilih KB suntik, bukan dari motivasi bidan yang hanya sebesar 29,42%. Pemilihan alat kontrasepsi oleh klien merupakan hak untuk dapat merencanakan dengan baik tentang pengaturan kelahiran Informasi KB dari sumber lain juga bisa didapat sehingga sehingga mempunyai motivasi yang kuat, seperti hasil penelitian Indriyanti yang menunjukkan bahwa responden mendapatkan informasi tentang KB dari televisi yaitu sebesar 87,5%.18 Pada penelitian ini terdapat 44 orang 95,7% melakukan teknik konseling baik namun masih ada 21 orang merasa tidak puas dengan pelayanan konseling KB Ketidakpuasan yang terjadi tampak dari hasil analisis klien yang merasa kurang puas atas ketanggapan petugas konseling terhadap kebutuhan, informasi yang diberikan, pertanyaan pemahaman terhadap informasi yang diberikan, petunjuk tempat rujukan dan kunjungan ulang. Secara uji statistik dengan uji korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan antara teknik konseling dengan kepuasan klien nilai p>0,05. Hal ini diduga karena pada saat proses konseling KB berlangsung, mahasiswa hanya dinilai melakukan tidaknya langkah-langkah dari teknik konseling, namun tidak memperhatikan kualitas langkah konseling KB tersebut. Klien mengharapkan pelayanan yang berkualitas, seperti hasil penelitian Najib yang menyatakan bahwa kualitas konseling ditentukan oleh kemampuan memberi informasi yang lengkap, terbuka, tidak ada informasi yang disembunyikan dan memberikan gambaran yang jelas tentang kontrasepsi sehingga calon akseptor KB mempunyai pengetahuan yang memadai dan kesadaran yang tinggi untuk ber-KB. Kualitas hubungan yang harus diciptakan pada saat konseling bersifat interpersonal dalam suasana keramahan, saling perhatian, dan saling memberi kesempatan saling bertanya. Klien harus secara jelas memperoleh informasi bagaimana harus menjamin keberlangsungan partisipasinya dalam program sesuai dengan mekanisme yang ada dalam sistem pelayanan. Petugas pelayanan perlu mempunyai pengetahuan dan keterampilan teknis yang memadai dalam pelayanan kontrasepsi, komunikasi dan konseling sehingga pelayanan KB dapat diberikan sesuai Tidak terdapatnya hubungan antara teknik konseling dengan kepuasan klien sejalan dengan hasil penelitian Purwanti, Suherni dan Astuti bahwa tidak terdapat hubungan antara mutu layanan konseling AKDR dengan tingkat kepuasan akseptor, tidak terdapatnya hubungan diduga karena konseling tidak dapat dilakukan sesuai standar sepenuhnya dan tidak memenuhi seluruh komponen pemberian Juga hasil penelitian Amirah bahwa tidak terdapat hubungan antara interaksi menjelaskan dokter pada pasien saat konsultasi dengan kepuasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku empati dalam konseling baik sebanyak 44 orang 95,7% namun terdapat 22 orang diantaranya merasa tidak puas dengan pelayanan konseling KB. Ketidakpuasan yang terjadi diantaranya masih ada beberapa klien yang menyatakan kurang puas terhadap pemberian pujian atau dukungan terhadap pernyataan klien dan kurang puas terhadap nada bicara dan volume suara dari pemberi pelayanan konseling KB. Dalam kuesioner tentang perilaku empati masih perlu adanya perbaikan. Dalam penelitian ini empati yang dinilai didapat dari langkah-langkah konseling dan yang melakukan penilaian adalah bidan, tidak dibuat kuesioner khusus yang diisi langsung oleh klien karena empati itu hanya bisa dirasakan oleh klien. Dalam hal ini kemungkinan bisa terjadi measurement bias. Hasil uji statistik dengan uji korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan antara perilaku empati dalam konseling dengan kepuasan klien dengan nilai p>0,05. Hal ini diduga bahwa pemahaman tentang empati yang masih kurang karena di dalam proses pembelajaran belum terdapat mata kuliah khusus tentang empati tetapi terintegrasi di dalam setiap mata kuliah. Pada saat pembelajaran praktik di laboratorium kemungkinan dosen pengampu belum maksimal dalam melakukan role play pada mata kuliah komunikasi dalam praktik kebidanan, dan pada saat mahasiswa melakukan praktik di laboratorium yang berperan mahasiswa sebagai bidan dan mahasiswa sebagai klien jadi belum merasakan bagaimana kalau melakukannya Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri 46 IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 dengan kondisi nyata sehingga kurang berempati. Hal ini sejalan dengan teori Hoffman menyatakan bahwa pada situasi tertentu seseorang dapat berempati lebih baik dibandingkan dengan situasi yang lain. Hal ini disebabkan situasi dan tempat yang berbeda dapat memberikan situasi yang berbeda pula. Suasana yang berbeda inilah yang dapat meninggirendahkan empati seseorang. Pada penelitian ini yang melakukan konseling adalah mahasiswa sehingga dilihat dari karakteristik usia lebih muda dari klien yang diberikan pelayanan. Hal juga sesuai dengan pernyataan Hoffman bahwa tingkat empati seseorang yang semakin meningkat dengan bertambahnya usia, karena kemampuan pemahaman perspektif juga meningkat bersamaan dengan usia. Ketika usia bertambah, pengalaman hidup pun bertambah. Pengalaman hidup ini pula yang akan menumbuhkan empati individu terhadap orang lain dan lingkungannya. Tidak terdapat hubungan antara perilaku empati dalam konseling dengan kepuasan klien sejalan dengan hasil penelitian Amirah bahwa tidak terdapat hubungan antara interaksi mendengarkan dokter dengan pasien saat konsultasi dengan kepuasan sejalan dengan hasil penelitian Widayanti, Widagdo dan Purnami menunjukkan bahwa sebagian besar keterampilan konseling oleh bidan dalam kategori cukup baik sebanyak 65%, namun juga masih ditemukan bidan yang kurang memahami klien dan memperhatikan kebutuhan Seorang konselor harus menunjukkan rasa empati, mendengarkan secara aktif, mengajukan pertanyaan dengan jelas, memberikan motivasi dan pujian. Dalam proses konseling antara bidan dan klien perlu ditumbuhkan perilaku perhatian. Kondisi ini dapat terwujud bila bidan bersedia memberikan perhatian kepada klien, mengamati, mendengarkan dan dapat mengetahui apa yang sedang dialami klien berkaitan dengan pilihan alat kontrasepsi. Dengan perilaku perhatian bidan yang baik mampu mengidentifikasi masalah klien dan membantu mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Eti Rimawati menunjukkan bahwa sikap konselor menerima dan memahami permasalahan klien ditunjukkan dengan sikap anggukan kepala, kontak mata dan ungkapan perasaan perhatiannya kepada klien, konselor memberikan perhatian penuh terhadap permasalahan klien ditunjukkan dengan memberikan perhatiannya dengan memperhatikan dan memberikan tanggapan terhadap keluhan klien, konselor memberikan dukungan terhadap keluhan klien ditunjukkan dengan memberikan dukungan berupa nasehat, semangat dan mengatur diri menjadi lebih Perilaku empati dalam penelitian ini adalah hal yang berkaitan dengan perhatian terhadap masing-masing individu dengan menunjukkan mendengarkan saat klien menyampaikan permasalahan, memperhatikan dan memahami klien sebelum, selama dan sesudah konseling, melakukan kontak mata, volume suara memadai, intonasi dan ketepatan bicara memadai serta memberikan pujian atau dukungan terhadap klien sehingga klien merasa puas. Menurut Gamrin, bahwa sikap ramah dan kepedulian yang ditunjukkan seorang petugas sangat penting dalam menghadapi pasien. Mereka cenderung bersedia bersikap terbuka terhadap keluhan yang dihadapinya ketika petugas menunjukkan empati. Pasien juga akan menilai kejujuran dari petugas. Faktor inilah yang menyebabkan kualitas layanan yang dirasakan oleh pelanggan turut menentukan puas atau tidaknya seorang pelanggan terhadap penyedia jasa. Ketika pasien merasakan bahwa petugas bersikap ramah, memiliki kepedulian, kejujuran dan memberikan rasa nyaman selama berhubungan maka pasien akan merasa Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku etika dalam konseling baik sebanyak42 orang 91,3% namun terdapat 21 orang diantaranya merasa tidak puas dengan pelayanan konseling KB. Ketidakpuasan yang dirasakan oleh klien disebabkan oleh karena klien masih merasa kurang puas terhadap pernyataan pemberi pelayanan konseling pada saat menghargai pendapat klien dan memotong pembicaraan klien. Secara uji statistik dengan uji korelasi didapatkan nilai p>0,05 berarti tidak terdapat hubungan antara perilaku etika dalam konseling dengan kepuasan klien. Pada dasarnya pada saat konseling berlangsung berada dalam suasana tidak menghakimi, menerima dan peduli, Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 47 perlakukan klien dengan sopan dan menunjukkan rasa hormat untuk setiap klien, menghormati pilihan klien, informasi yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Konseling menerapkan komunikasi yang diawali dengan interaksi saling percaya dengan klien. Nada suara rendah digunakan, kritik dan penilaian dihindari, dengar dan cermati perasaan atau pesan dibalik ucapan, dan hormati kerahasiaan klien. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Oktarina menyatakan bahwa sebanyak 67,5% kerahasiaannya Juga penelitian yang dilakukan oleh Larasati bahwa hak kerahasiaan akseptor KB Suntik dengan kategori baik sebanyak 55,6%. Bidan-bidan tersebut selalu berusaha menyimpan rahasia pada orang lain tentang alat KB yang sering dipakai oleh Daftar Pustaka 1. Kemenkes RI. Kurikulum Inti Pendidikan D-III Kebidanan. Jakarta. BPPSDM Kesehatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan; 2011 2. Saraswati I, Tarigan, LH. Modul Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling. Jakarta Maternal Neonatal Health; 2002. 22‒4, 36, 177‒9 3. Dalami E, Dahlia I, Rochima. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jakarta Trans Info Medika; 2009. 68‒70 4. Widayanti RS, WidagdoL, Purnami CT. Analisis Pelaksanaan Konseling Kontrasepsi oleh Bidan di Wilayah Dinas Kesehatan Kota Surakarta. GASTER. 2 Februari2014; 11 2 78‒81 5. Handayan L, Suharmiati, Hariastuti I, Latifah C. Peningkatan Informasi tentang KB Hak Kesehatan Reproduksi yang Perlu Diperhatikan oleh Program Pelayanan Keluarga Berencana. Bulletin Penelitian Sistem Kesehatan. 3 Juli 2012; 53 292 6. Parulin Hutapea NT, editor. Kompetensi Plus. Jakarta Gramedia Pustaka Utama; 2008 7. BKKBN. Panduan Konseling KB untuk Dokter Praktek Swasta. Jakarta; 2003 8. Sardiman AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Fajar Interpratam; 2003 9. Rimawati, E. Indriani. Indreswari, Keterampilan Konselor Klinik VCT studikasus di BPKM Paru Semarang. Semantik; 2011. 84‒6 10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik 11. Supranto J. Pengukuran Tingkat Kepuasaan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta Rineka Cipta; 2011 12. Supranto J. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta PT Elex Media Komputindo; 2002. 76‒7, 85‒6, 233 13. Tjiptono F. Manajemen Jasa. Yogyakarta ANDI; 2005 14. Dahlan SM. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta Salemba Medika; 2012. 108‒12, 130‒1 15. Satroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta Sagung Seto; 2011. 4‒5 16. Dahlan SM. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriftip, Bivariat dan Multivariat, Cetakan Kedua. Jakarta Salemba Medika; 2012 17. Putriningrum R. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemilihan Kontrasepsi KB Suntik di BPS Ruvina Kesmadaska; 2012 3‒9 http 18. Indriyanti IS. Sumber Informasi yang Memengaruhi Keputusan Menjadi Akseptor KB Wanita Studi Kasus di Kelurahan Bandarharjo Semarang. 2011 http 19. Najib. Pengetahuan Klien dan Kualitas Pelayanan sebagai Dasar Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2011; 63 112‒4 20. Purwanti IA, Suherni T, Astuti E. Hubungan Mutu Layanan Konseling AKDR dengan Tingkat Kepuasan Akseptor Bidan Delima di Kota http 21. Amirah, Sudirman I, Maidin A. Hubungan Komunikasi Mendengarkan, Menjelaskan dan Kompetensi dengan Kepercayaan, Kepuasan dan Loyalitas Pasien Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit di Makasar. 2013 22. Gamrin B. Faktor-faktor yang Memengaruhi Mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Tinjauan dati Persepsi Pasien. Fakultas Kesehatan Masyarakat Unuversitas Hasanudin Makasar. 2007 23. Oktarina, Sugiarto M. Persepsi Akseptor KB terhadap Kualitas Pelayanan KB di Puskesmas Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Buletin Penelitian Sistem 24. Larasati EW, Mufdilah. Pemenuhan Hak-Hak Akseptor KB Suntik Bulanan di BKIA Aisyiyah Karang Kajen Yogyakarta. 2010 http Siti Mar'atus SholikahSri AnggraeniAri Tri RahayuABSTRAK Indikator keteraturan pemeriksaan kehamilan menggambarkan kualitas pelayanan Program Kesehatan Ibu dan Anak KIA. Pada tahun 2019 di Puskesmas Kalitidu cakupan Kunjungan Kehamilan K4 di Puskesmas Kalitidu belum mencapai target 100% yaitu tercapai 91%. Komplikasi kehamilan targetnya 15-20%, tercapai dan komplikasi persalinan 44,17%. Angka Kematian Bayi AKB sebesar 8,13/1000 KH. Sedangkan Bidan di wilayah Puskesmas Kalitidu yang belum mengikuti pelatihan KIP/K sebesar 20 orang 90,91% dari 22 umum untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Bidan melalui pelatihan bidan tentang Komunikasi Interpersonal dan Konseling KIP/K dalam upaya peningkatan kualitas ANC. Pelatihan ini dilaksanakan selama tiga hari di Puskesmas Kalitidu, diikuti 22 bidan dengan metode ceramah tanya jawab,demonstrasi dan praktik KIP/K. Hasil kegiatan adalah peningkatan kualitas Bidan dalam KIP/K yaitu peningkatan pengetahuan dengan nilai rata-rata post tes 94,55 %, keterampilan KIP/K nilai rata-rata 82,50%, terbentuknya Komitmen Bersama Bidan dalam mendukung mensukseskan kegiatan Bidan tentang KIP&K dalam upaya peningkatan kualitas ANC. Luarannya peningkatan kualitas Bidan, HKI, Modul dan jurnal. Saran sosialisasi KIP/K pada Bidan yang belum mengikuti pelatihan dan 7 hak ibu hamil pada pelayanan ANC serta menerapkannya dalam pelayanan ANC. Kata kunci Bidan, KIP/K, Pengabmas, pelatihan. ABSTRACT The indicators of regularity for antenatal care describe the quality of services for the Maternal and Child Health Program MCH. In 2019 at the Kalitidu Health Center cThe coverage of Pregnancy Visits K4 at the Kalitidu Health Center has not reached the 100% target, which is 91%. The target for pregnancy complications is 15-20%, achieved and delivery complications The Infant Mortality Rate IMR is KH. Meanwhile, 20 midwives in the Kalitidu Community Health Center have not attended KIP/K training out of 22 midwives. ANC quality. This training was held for three days at the Kalitidu Health Center, attended by 22 midwives with a question and answer lecture method, demonstration, and KIP/K practice. The result of the activity is an increase in the quality of Midwives in KIP/K, namely an increase in knowledge with an average post-test score of KIP/K skills an average score of the formation of a Joint Commitment of Midwives in supporting the success of Midwives' activities on KIP&K in an effort to improve the quality of ANC. The output is improving the quality of midwives, HKI, modules, and journals. Suggestion socialization of KIP/K to midwives who have not attended training and 7 rights of pregnant women in ANC services and apply them in ANC services. Keywords Midwife, KIP/K, Community Service, NajibTingkat pemakaian kontrasepsi hormonal oleh akseptor Keluarga Berencana di kelurahan Muktiharjo Kidul kota Semarang yang tinggi diduga merupakan dampak tidak diberikannya informasi yang luas tentang kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi dan pelayanan kontrasepsi yangberkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan kualitas pelayanan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal pada pasangan usia subur di kelurahan Muktiharjo Kidul. Jenis penelitian adalah explanatory study dengan pendekatan cross sectional yang dianalisis secara deskriptif. Penarikan sampel dilakukan secara acak dari populasi pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi di kelurahan Muktiharjo Kidul kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi hormonal dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik dan pelayanan yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan kualitas pelayanan dengan pemilihan alat kunci Pengetahuan, kualitas pelayanan, kontrasepsiAbstractThe high level of hormonal contraceptive using by Family Planning acceptor in Muktiharjo, Kidul, Semarang, suspectedly caused by lackness of information given about advantages and disadvantages of contraceptives and high quality of service. This research conducted to identify relationship of knowledge and service quality in selecting hormonal contraceptives on reproductive age couple in Muktiharjo, Kidul. The type of the research is explanatory study uses cross sectional approach and descriptive analysis. Sample are collected randomly from reproductive age couple which use hormonal contraceptives in Muktiharjo, Kidul, Semarang. This study result that productive age couple using hormonal contraceptives prevalence affected by good knowledge and high quality service. Statistics show thatthere is a relationship between knowledge and service quality in the matter of selecting words Knowledge, service quality, contraceptionBPPSDM Kesehatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga KesehatanR I KemenkesKurikulum Inti Pendidikan D-Iii KebidananJakartaKemenkes RI. Kurikulum Inti Pendidikan D-III Kebidanan. Jakarta. BPPSDM Kesehatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan; 2011Modul Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling. Jakarta Maternal Neonatal HealthI SaraswatiL H TariganSaraswati I, Tarigan, LH. Modul Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling. Jakarta Maternal Neonatal Health; 2002. 22-4, 36, 177-9Komunikasi dan Konseling dalam Praktik KebidananE DalamiDalami E, Dahlia I, Rochima. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jakarta Trans Info Medika; 2009. 68-70Analisis Pelaksanaan Konseling Kontrasepsi oleh Bidan di Wilayah Dinas Kesehatan Kota SurakartaR S WidayantiWidagdolC T PurnamiWidayanti RS, WidagdoL, Purnami CT. Analisis Pelaksanaan Konseling Kontrasepsi oleh Bidan di Wilayah Dinas Kesehatan Kota Surakarta. GASTER. 2 Februari2014; 11 2 78-81Peningkatan Informasi tentang KB Hak Kesehatan Reproduksi yang Perlu Diperhatikan oleh Program Pelayanan Keluarga BerencanaL HandayanSuharmiatiI HariastutiC LatifahHandayan L, Suharmiati, Hariastuti I, Latifah C. Peningkatan Informasi tentang KB Hak Kesehatan Reproduksi yang Perlu Diperhatikan oleh Program Pelayanan Keluarga Berencana. Bulletin Penelitian Sistem Kesehatan. 3 Juli 2012; 53 292Konseling KB untuk Dokter Praktek SwastaBkkbnPanduanBKKBN. Panduan Konseling KB untuk Dokter Praktek Swasta. Jakarta; 2003Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Fajar InterpratamA M SardimanSardiman AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Fajar Interpratam; 2003Pengukuran Tingkat Kepuasaan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta Rineka CiptaJ SuprantoSupranto J. Pengukuran Tingkat Kepuasaan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta Rineka Cipta; 201110 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta PT Elex Media KomputindoJ SuprantoSupranto J. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta PT Elex Media Komputindo; 2002. 76-7, 85-6, 233 Bimbingandan Konseling-Fakultas Ilmu Pendidikan-Universitas Negeri Malang-Jl.Semarang No. 5 Malang E-mail: Roichatul.Jannah059910@ Studi pengembangan ini menghasilkan panduan untuk konselor dan media permainan simulasi keterbukaan diri yang digunakan untuk meningkatkan keterbukaan diri siswa SMP. Penelitian
Ilustrasi Pertanyaan Sulit tentang Komunikasi. Sumber PixabayTerdapat berbagai pertanyaan sulit tentang komunikasi yang dapat kamu ajukan kepada dosenmu, lho!Dikutip dari buku Komunikasi Pendidikan oleh Nofrion, komunikasi merupakan hal fundamental untuk kehidupan setiap manusia. Di setiap tahapan kehidupan, semua manusia perlu berkomunikasi. Dari komunikasi antarpribadi tersebut dapat terbentuk masyarakat sebagai mengenai komunikasi dianggap begitu penting. Maka tak heran jika perguruan tinggi kerap memasukkan materi ini ke dalam Sulit tentang KomunikasiIlustrasi Pertanyaan Sulit tentang Komunikasi. Sumber PixabayDalam proses belajar mengajar pada mata kuliah komunikasi, tak jarang dosen memberi penilaian lebih kepada mahasiswa yang aktif. Maka dari itu, cobalah untuk menanyakan berbagai pertanyaan sulit berikut ini pada dosenMengapa manusia perlu berkomunikasi?Mengapa komunikasi dianggap dapat memberi manfaat kepada manusia?Apa maksud dari komunikasi tindakan satu arah?Mengapa komunikasi disebut sebagai transaksi?Apa saja komponen yang ada dalam komunikasi?Apakah umpan balik merupakan bagian dari komunikasi yang sangat penting dan harus ada?Apa yang menyebabkan proses komunikasi terhambat?Apa saja yang mempengaruhi proses komunikasi?Mengapa komunikasi disebut dapat membantu pembentukan konsep diri?Bagaimana proses terbentuknya perilaku komunikasi?Apakah komunikasi dapat menjadi faktor keberhasilan organisasi?Bagaimana proses aliran komunikasi dalam sebuah organisasi?Siapa saja yang berperan dalam fungsi komunikasi sebagai antarpersonal?Apakah cara berkomunikasi dalam keluarga memberi pengaruh besar terhadap cara berkomunikasi seseorang?Apa saja jenis umpan balik?Bagaimana cara menyampaikan umpan balik yang tepat?Apa yang harus ditingkatkan agar komunikasi lebih baik?Apa yang terjadi apabila seseorang tidak menjalin komunikasi dengan orang lain?Mengapa seseorang harus melatih kemampuan public speaking?Apakah saat berkomunikasi seseorang boleh berasumsi?Apa yang terjadi apabila proses komunikasi tidak berjalan dengan baik?Siapa tokoh yang paling berpengaruh mengenai komunikasi?Apa bedanya komunikasi terapeutik dengan komunikasi sosial?Mengapa lingkungan dapat menjadi salah satu poin keberhasilan komunikasi?Bagaimana caranya agar memiliki kemampuan public speaking yang bagus?Bagaimana caranya agar terbiasa menyampaikan pendapat di depan orang banyak?Apakah komunikasi verbal harus dibarengi dengan komunikasi non verbal?Seberapa penting penerapan komunikasi non verbal?Nah itu dia sekilas mengenai beberapa pertanyaan tentang komunikasi yang sulit. Coba tanyakan pada dosenmu dan temukan jawabannya.LAU
berbicaratentang persahabatan yang kita anggap punya arti. Hubungan terjadi interaksi dan pertukaran informasi seperti tanya jawab antara konseling dengan korban perempuan atau sebaliknya. dalam melakukan proses konseling karena sesuai dengan ciri komunikasi interpersonal, yakni adanya arus pesan yang cenderung dua arah, Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah suatu proses pertukaran informasi yang hanya dilakukan antara dua orang, seperti orang tua dengan anak, suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya sehingga stimulus, pemaknaan dan umpan baliknya langsung bisa interpersonal merupakan suatu bentuk komunikasi antara dua individu atau sedikit individu, yang saling berinteraksi, saling memberikan umpan balik satu sama lain. Komunikasi interpersonal berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan. Perubahan tersebut melalui interaksi dalam komunikasi, saling memberi inspirasi, semangat dan dorongan sehingga mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan sikap seseorang sesuai dengan topik yang dikaji interpersonal adalah pertukaran informasi antara seseorang dengan seseorang lainnya atau biasnya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Komunikasi interpersonal sangat penting, karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi dialogis adalah komunikasi yang memungkinkan terjadinya pergantian bersama mutual understanding dan empati. Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya, dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku Komunikasi Interpersonal Berikut definisi dan pengertian komunikasi interpersonal dari beberapa sumber bukuMenurut Arni 2005, komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Menurut Mulyana 2000, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya. Menurut Effendy 2001, komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan dua orang atau diantar sekelompok kecil orang dengan beberapa efek dan umpan balik seketika. Menurut Maulana dan Gumelar 2013, komunikasi interpersonal adalah suatu proses komunikasi yang bersetting pada objek-objek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu stimulus yang berupa informasi atau Devito 1997, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas di antara mereka, misalnya percakapan seseorang ayah dengan anak, sepasang suami istri, guru dengan murid, dan lain Wood 2013, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih dengan interaksi secara tatap muka ataupun bermedia, dan biasanya feedbacknya langsung Komunikasi Interpersonal Menurut Wood 2013, komunikasi interpersonal memiliki karaktersistik atau aspek-aspek tersendiri yang membedakan dengan jenis komunikasi lainnya, yaitu sebagai berikut Selektif. Kita tidak mungkin berkomunikasi secara akrab dengan semua orang yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kita berusaha untuk membuka diri seutuhnya hanya dengan beberapa orang yang dikenal Dikatakan bersifat sistemis karena ia terjadi dalam sistem yang bervariasi. Komunikasi terjadi dalam konteks yang mempengaruhi peristiwa dan makna yang melekat terhadapnya. Terdapat banyak sistem yang melekat pada proses komunikasi interpersonal. Setiap sistem mempengaruhi apa yang kita harapkan dari orang lain. Cara manusia berkomunikasi sangat beragam dan bervariasi. Unik. Pada tingkatan yang paling dalam komunikasi interpersonal sangat unik, pada interaksi yang melampaui peran sosial, setiap orang menjadi unik dan oleh karena itu menjadi tidak Komunikasi interpersonal adalah proses yang berkelanjutan. Hal ini berarti komunikasi senantiasa berkembang dan menjadi lebih personal dari masa ke masa. Hubungan persahabatan dan hubungan romantis dapat tumbuh lebih dalam atau lebih renggang seiring berjalannya waktu. Hubungan dalam lingkungan kerja juga dapat berkembang dari masa ke masa. Transaksional. Pada dasarnya, komunikasi interpersonal adalah proses transaksi antara beberapa orang. Ketika bercerita sesuatu yang menarik pada seorang teman, ia tertawa. Ketika atasan anda di kantor menjelaskan sebuah gagasan, anda mengangguk sebagai tanda kalau anda paham. Ketika anda dimarah orang tua, bisa jadi kepala anda tertunduk sebagai tanda rasa bersalah. Individual. Kita mengetahui bahwa bagian terdalam dari komunikasi interpersonal melibatkan manusia sebagai individu yang unik dan berbeda dengan orang personal. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan pengetahuan personal dan wawasan kita terhadap interaksi manusia. Agar dapat memahami keunikan individu, kita harus memahami pikiran dan perasaan orang lain secara personal. Menciptakan makna. Komunikasi interpersonal adalah berbagi makna dan informasi antara dua belah pihak. Kita tidak hanya bertukar kalimat, tetapi juga saling berkomunikasi. Kita menciptakan makna seperti kita memahami tujuan setiap kata dan perilaku yang ditampilkan oleh orang Komunikasi Interpersonal Komponen-komponen dalam komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi dapat dilihat pada gambar diagram di bawah iniAdapun penjelasan dari masing-masing komponen komunikasi interpersonal tersebut adalah sebagai berikut Devito, 1997a. Pengirim-Penerima Komunikasi interpersonal paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang terlibat dalam komunikasi interpersonal memfokuskan dan mengirimkan serta mengirimkan pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan. Istilah pengirim-penerima ini digunakan untuk menekankan bahwa, fungsi pengirim dan penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi interpersonal, contoh komunikasi antara orang tua dan Encoding-Decoding Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan-pesan yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan kata-kata simbol dan sebagainya. Sebaliknya tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesan-pesan yang diterima, disebut juga sebagai Decoding. Dalam komunikasi interpersonal, karena pengirim juga bertindak sekaligus sebagai penerima, maka fungsi encoding-decoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antar Pesan Pesan merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan komunikator untuk menyampaikan informasi kepada pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi, pesan itulah yang disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh Saluran Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal baik yang bersifat langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media massa. Hal ini disebabkan pertama, penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung keadaan khalayak. Contoh dalam komunikasi antarpribadi kita berbicara dan mendengarkan saluran indra pendengar dengan suara. Isyarat visual atau sesuatu yang tampak seperti gerak tubuh, ekspresi wajah dan lain sebagainya.e. Gangguan atau Noise Gangguan atau noise terjadi di dalam komponen-komponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik, psikologis atau semantik. Adapun penjelasan dari masing-masing gangguan atau noise tersebut adalah sebagai berikut Gangguan Fisik. Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya. Gangguan Psikologis. Gangguan ini timbul karna adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif di antara orang yang terlibat di antara orang yang terlibat dalam komunikasi seperti emosi, perbedaan nilai-nilai, sikap dan sebagainya. Gangguan Semantik. Gangguan ini terjadi kata-kata atau simbol yang digunakan dalam komunikasi, sering kali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal dalam menangkap dari maksud-maksud pesan yang disampaikan, contoh perbedaan bahasa yang digunakan dalam Umpan Balik Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan. Bersifat positif apabila tidak menimbulkan efek dan bersifat negatif apabila Bidang Pengalaman Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang Efek Dibanding dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku kepercayaan dan opini komunikasi. Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan dengan tatap dan Tujuan Komunikasi Interpersonal Menurut Arni 2005, komunikasi interpersonal memiliki fungsi dan tujuan, antara lain yaitu sebagai berikuta. Menemukan diri sendiri Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku Menemukan dunia luar Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu sering kali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang Berubah sikap dan tingkah laku Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi Untuk bermain dan kesenangan Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan Untuk membantu Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain dan Tingkatan Komunikasi Interpersonal Menurut Wood 2013, berdasarkan prosesnya, komunikasi interpersonal dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu Model Linear. Model pertama dalam komunikasi interpersonal digambarkan sebagai bentuk yang linear atau searah, proses di mana seseorang bertindak terhadap orang lain. Ini adalah model lisan yang terdiri atas lima pertanyaan. Siapa?, apa yang dikatakan?, Sedang berbicara di mana?, berbicara pada siapa?, Apa dampak dari pembicaraan tersebut?.Model Interaktif. Model interaktif menggambarkan komunikasi sebagai proses di mana pendengaran memberikan umpan balik sebagai respon terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikan. Model Transaksional. Menekankan pada pola komunikasi yang dinamis dan berbagai peran yang dijalankan seseorang selama proses tingkatan dalam komunikasi interpersonal yaitu Wood, 2013 Komunikasi I-It. Dalam komunikasi I-it, interaksi antara kita dan orang lain sangat tidak personal, bisa dikatakan orang lain hanya sebagai objek. Membuat kita tidak mengakui keberadaan orang lain secara personal, melainkan hanya hanya bersifat kebendaan. Komunikasi I-You. Jenis yang paling banyak digunakan dalam interaksi sehari-hari. Kita memperlakukan orang lain lebih dari sekedar objek, tetapi kita sepenuhnya tidak menganggap mereka sebagai manusia yang I-Thou. Jenis komunikasi ini jarang terjadi dalam sebuah interaksi sosial, model ini sebagai bentuk tertinggi dalam interaksi manusia, karena di dalamnya manusia saling menguatkan dan menghargai keunikan Yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Menurut Wood 2013, faktor pendukung yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut Etika. Etika adalah cabang dari filsafat yang fokus pada prinsip moral dan aturan terkait perilaku. Etika menaruh perhatian pada masalah benar dan salah. oleh karena komunikasi interpersonal bersifat tidak dapat ditarik kembali, ia selalu memiliki dampak dalam etika antar manusia. Apa yang kita katakana dan apa yang kita lakukan berpengaruh terhadap orang lain. Dengan demikian, orang yang bertanggung jawab selalu berhati-hati dengan etika dalam komunikasi. Makna. Proses pemaknaan muncul dari bagaimana kita menginterpretasikan komunikasi. Dalam komunikasi interpersonal, seorang selalu menerjemahkan apa yang dikatakan oleh orang lain. Hubungan. Komunikasi interpersonal adalah cara utama untuk membangun dan memperbaiki sebuah hubungan. Bagaimana cara kita menangani masalah? Apakah dengan konfrontasi, menjauh, atau menggunakan strategi khusus untuk segera memperbaiki hubungan? Oleh karena komunikasi tidak memiliki makna intrinsik, kita harus membangkitkan pemahaman pribadi terkait menurut Devito 1997, hambatan-hambatan yang kemungkinan terjadi dalam komunikasi interpersonal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu sebagai berikut Polarisasi. Polarisasi adalah kecenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan menguraikan dalam bentuk ekstrim baik atau buruk, positif atau negatif, sehat atau sakit, pandai atau bodoh. Orientasi intensional. Orientasi intensional mengacu pada kecenderungan untuk melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka. Sebaliknya, orientasi ekstensional adalah kecenderungan untuk terlebih dahulu memandang manusia, objek dan kejadiannya setelah itu memperhatikan cirinya. Dengan menggunakan orientasi akan cenderung diarahkan oleh apa yang dilihat memang terjadi dan bukan oleh ciri sekilas pandang. Potong Kompas. Merupakan kesalahan evaluasi dimana orang gagal mengkomunikasikan makna yang mereka maksudkan. William Haney mendefinisikannya sebagai pola salah komunikasi yang terjadi bila pengirim pesan dan penerima saling menyalahkan artikan makna pesan mereka. Potong kompas dapat mempunyai dua bentuk. Dalam bentuk yang pertama, di permukaan tampaknya ketidak-sepakatan padahal pada tingkat makna terjadi kesepakatan. Jenis kedua, di permukaan tampaknya kedua orang ingin sependapat karena mereka menggunakan kata-kata yang sama tetapi jika mengamati lebih cermat akan terlihat bahwa sebenarnya ada ketidak-sependapatan yang PustakaArni, Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta Bumi Onong Uchjana. 2001. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung Citra Aditya H. Gumelar. G. 2013. Psikologis Komunikasi dan Persuasi. Jakarta 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta Professional Julia T. 2013. Komunikasi Interpersonal Interaksi Keseharian. Jakarta Salemba Humanika. TeoriKonseling Obat Ceramah, diskusi dan tanya jawab 2 x 50 menit Mahasiswa mampu menjelaskan cara penyampaian informasi, konsultasi dan edukasi sediaan farmasi tulis dan lisan 80 14 Mahasiswa mampu mencari, menyiapkan, dan memberikan informasi tentang obat dan pengobatan Penyiapan dan penyampaian informasi, konsultasi dan edukasi sediaan

Soal UTS Komunikasi Antar Pribadi 2021I. Soal UTS Komunikasi Antar Pribadi Kelas 1APetunjukJawab pertanyaan dengan jelasPeserta ujian dilarang bekerja sama atau dengan soal yang menurut Anda lebih mudah kembali jawaban sebelum dikumpulkanSoalDalam proses komunikasi, terdapat yang namanya alur komunikasi. Coba sebut dan jelaskan komponen dan bagaimana pola alur dari komunikasi!Dalam proses komunikasi antar pribadi adakalanya komunikator dan komunikan harus saling memahami pentingnya ciri berkomunikasi yang baik dengan saling memiliki sikap rasa positif dan kesamaan/kesetaraan. Coba jelaskan maksudnya.!Setelah mempelajari komunikasi antar pribadi, tentu kita tidak asing lagi dengan istilah komunikasi interpersonal dan komunikasi intrapersonal. Coba jelaskan dan berikan contoh dari komunikasi interpersonal dan komunikasi intrapersonal.!Sebagai seorang komunikator, tentunya harus mampu menyampaikan pesan dengan baik dan dapat dipahami oleh penerima atau komunikan. Coba jelaskan bagaimana seorang komunikator bias mengetahui bahwa komunikasi yang dilakukan adalah efektif dan dipahami oleh penerima atau komunikan!Sebagai calon seorang konselor tentunya harus menguasai komunikasi antar pribadi. Coba jelaskan bagaimana seharusnya seorang konselor dalam membangun hubungan dalam kaitannya dengan komunikasi antar pribadi dalam konteks bimbingan dan konseling!Selamat Mengerjakan...!File Soal Komunikasi Antar Pribadi Pdf Download Soal UTS Komunikasi Antar Pribadi Kelas 1A Klik disiniII. Soal UTS Komunikasi Antar Pribadi Kelas 1BSoalDalam kehidupan sehari-hari kita tidak bias lepas dengan yang namanya komunikasi. Coba jelaskan dan berikan contoh, apakah yang disebut dengan komunikasi, serta jelaskan tujuan dan makna dari komunikasi!Dalam proses komunikasi antar pribadi adakalanya komunikator dan komunikan harus saling memahami pentingnya ciri berkomunikasi yang baik dengan saling memiliki sifat keterbukaan dan Empati, Coba jelaskan maksudnya.!Dalam proses pelaksanaan komunikasi antar pribadi terdapat istilah dekonding dan enkonding antara kominikator dengan komunikan dalam menyampaikan pesan. Jelaskan maksud dari decoding dan encoding dan berikan contoh !Menjadi komunikator yang baik, tentunya perlu adanya suatu pelatihan supaya seorang komunikator dapat menyampaikan pesan dengan baik dan bias dipahami oleh penerima atau komunikan. Coba jelaskan cara-cara yang bias dilakukan oleh seseorang supaya bisa menjadi komunikator yang baik!Sebagai calon seorang konselor tentunya harus mampu menguasai komunikasi antar pribadi agar tidak terjadi miss persepsi oleh konseli. Coba jelaskan bagaimana cara seorang konselor menghindari miss pespespsi dari seorang konseli!Selamat Mengerjakan...! Download Soal UTS Komunikasi Antar Pribadi Kelas1B Klik disini

Dipostingoleh Meysha Puteri Sajidien di 12.26. Macam-Macam Klien dalam Asuhan Kebidanan. Sesuai dengan wewenang dan lingkup pelayanan kebidanan, maka konseling dalam bidang kebidanan meliputi: 1. Komunikasi pada bayi dan balita. 2. Komunikasi pada remaja. 3. Komunikasi pada calon orang tua.
Buku ini sangat tepat untuk digunakan sebagai buku rujukan agar lebih memahami tentang komunikasi interpersonal yang dikaitkan dengan aspek konseling. Penyajian buku dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, membuat buku ini bisa dibaca oleh berbagai kalangan, tidak terbatas hanya untuk pengguna dalam lingkungan pendidikan bimbingan konseling saja. Terdapat empat belas bab yang ada di dalam buku ini yang disajikan secara apik. Pembaca dapat dengan mudah memperdalam setiap bab tanpa harus menuntaskan bab-bab sebelumnya. Harapan mendalam dari kehadiran buku ini bisa memperkaya khazanah pengetahuan terkait komunikasi interpersonal agar memudahkan konselor dalam memahami konseling lebih luas.... Sama dalam artian sebagai komunikasi yang paling lengkap dan sempurna, komunikasi antarpribadi berperan sampai kapanpun Rahmi, 2021. Wayne Pace mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal adalah suatu komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima pesan dan menaggapi secara langsung dalam Rahmi, 2021. ...... Menurut Devito efektifitas komunikasi interpersonal meliputi keterbukaan openness, empati emphaty, perilaku positif positiviness, perilaku suportif suportiveness, dan kesamaan equality dalam Rahmi, 2021 Mereka menjadi tidak bisa percaya dengan oang lain baik dengan laki-laki atau perempuan karena keadaan yang sudah terjadi kepada orang tuanya. ...... Komunikasi dalam bahasa inggris yaitu communication yang berasal dari kata communis yang artinya adalah sama. Sama dalam artian sebagai komunikasi yang paling lengkap dan sempurna, komunikasi antarpribadi berperan sampai kapanpun Rahmi, 2021. Wayne Pace mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal adalah suatu komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima pesan dan menaggapi secara langsung dalam Rahmi, 2021. ...... Orang dengan kemampuan komunikasi yang baik dapat dengan cepat dan mudah mencapai dan mengejar karir yang diterima dan disukai banyak orang, dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan komunikasi yang memadai. Menurut Rahmi 2021 Komunikasi interpersonal adalah aktivitas dalam kehidupan sehari-hari di mana pikiran, informasi, dan bahkan emosi ditransmisikan dan diterima. Tujuannya adalah untuk mencapai pemahaman yang sama antara komunikator dan komunikan. ...Wildan MansurEko SubiantoroProcess of delivering information, thoughts and attitudes aim to achieve mutual understanding, regarding the problems to be discussed, which in turn is expected to change behavior. The type of approach in this writing is library research, which is taking research materials from several books or other literature that supports this research. The approach used is a phenomenological approach, which is trying to understand the meaning of interactions between human beings in terms of education. So, the emphasis is on an interactive understanding of the phenomena that occur. The results of this study indicate that the editorial "yaa bunayya" is a form of a sentence consisting of munada which is preceded by the letter nida. Bunayya as munada and yaa as the letter nida. The sentence bunayya is also a tasghir form of the word ibn, this word form shows the child is physically still small and shows a close relationship al-iqtirab and affection between parents and children. In addition, the word ibn has the same root as the word banaa build which means parents take part in building the character of the child. Interpersonal communication between parents and children can result in effective interpersonal relationships and cooperation can be improved. So parents need to be open, trusting, supportive, understanding, respecting, and developing each other's qualities. Interpersonal relationships need to be grown and improved by improving relations and cooperation between various parties. Abstrak. Dalam proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap bertujuan untuk mencapai saling pengertian, mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku. Jenis pendekatan dalam artikel ini adalah penelitian kepustakaan, mengambil bahan penelitian dari beberapa buku atau publikasi lain yang mendukung penelitian ini. Metode yang digunakan adalah metode fenomenologi, yang berusaha memahami makna interaksi manusia dalam istilah pendidikan. Oleh karena itu, fokusnya adalah pada pemahaman interaktif terhadap fenomena yang terjadi. Hasil penelitian ini menunjukkan redaksi “yaa bunayya” merupakan bentuk kalimat yang terdiri dari munada yang didahului dengan huruf nida. Bunayya sebagai munada dan yaa sebagai huruf nida. Kalimat bunayya juga merupakan bentuk tasghir dari kata ibn, bentuk kata ini menunjukkan anak secara fisik masih kecil dan menunjukkan adanya hubungan kedekatan al-iqtirab dan kasih sayang antara orang tua dan anak. Selain itu, kata ibn seakar dengan kata banaa membangun yang bermakna orang tua ikut andil dalam membangun karakter anak. Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak-anak dapat mengarah pada hubungan interpersonal yang efektif dan meningkatkan kolaborasi. Oleh karena itu, orang tua harus terbuka, percaya mendukung, memahami, menghormati, dan mengembangkan kualitas satu sama lain. Hubungan interpersonal perlu diperluas dan ditingkatkan dengan meningkatkan hubungan dan kerjasama antar pihak yang berbeda.... Agar komunikasi berjalan dengan baik, Anda harus memiliki elemen pendukung. Rakhmat mengatakan ada sejumlah faktor yang mendorong hubungan interpersonal, termasuk kepercayaan, dukungan, dan keterbukaan Rahmi, 2021. ...Medika Oga LaksanaNurhaliza NurhalizaCommunication ethics are very important in establishing interpersonal relationships. In every communication, ethics are crucial in maintaining the quality of communication and establishing good relationships between individuals. However, there are often still disagreements and misunderstandings in interpersonal communication, which results in poor communication quality. Therefore, research on the impact of communication ethics on the quality of communication in interpersonal relationships is very important to do. This research aims to identify the impact of communication ethics on the quality of communication in interpersonal relationships. This research uses a qualitative approach with a case study type. This research was conducted by means of in-depth interviews to a number of respondents who were taken by purposive sampling technique. Observation techniques were also used to observe respondents' behavior in interpersonal communication situations. The data were analyzed descriptively using a qualitative approach. The results showed that communication ethics play an important role in improving the quality of communication in interpersonal relationships. Good communication ethics can create a conducive atmosphere in communication, build trust and reduce disagreements in interpersonal communication. Conversely, poor communication ethics can hinder the quality of communication and worsen interpersonal relationships. Therefore, it is important for individuals to understand and apply good communication ethics in every interpersonal communication TandilangiCherlyn Regina RompisLearning is an activity carried out by students so that there is a change from not knowing to know. In the learning process, students must have motivation in themselves to be able to encourage students to do learning activities. In the learning process, communication must be built between students and lecturers so that learning activities can be well established. The purpose of this study was to determine the relationship between interpersonal communication of students and lecturers with learning motivation for level I and II students at a private university in North Sulawesi. The research design used is quantitative correlation with a cross-sectional approach. The sample of this study amounted to 148 people who were taken using Purposive Sampling technique. Results of this study indicate that the description of interpersonal communication is included in the poor category and the description of learning motivation is included in the high category The results of the Spearmen's Rank/Rho test show p value = < meaning that there is a significant relationship between student and lecturer interpersonal communication and learning motivation. Recommendations for level I and II students to be active by asking questions and opinions during teaching and learning activities and to establish good communication with lecturers. KEYWORDS Communication, Interpersonal, Learning Motivation KEYWORDS Communication, Interpersonal, Learning Motivation Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dalam proses belajar mahasiswa harus memiliki motivasi dalam dirinya untuk dapat mendorong melakukan kegiatan belajar. Dalam proses pembelajaran pentingnya terjalin komunikasi yang baik antara mahasisiwa dan dosen agar kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara komuniksi interpersonal mahasiswa dan dosen dengan motivasi belajar pada mahasisiwa tingkat I dan II pada salah satu universitas swasta di Sulawesi Utara. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasi dengan pendekatan Cross-Sectional. Sampel penelitian berjumlah 148 orang yang diambil menggunakan teknik Purposive Sampling. Hasil dari penelitian menunjukkan gambaran komunikasi interpersonal termasuk dalam kategori kurang baik 53,4% dan gambaran motivasi belajar termasuk dalam kategori tinggi 50,7%. Hasil uji Spearmen’s Rank/Rho menunjukkan p value = 0,000<0,05 artinya ada hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal mahasiswa dan dosen dengan motivasi belajar. Rekomendasi bagi mahasisiwa tingkat I dan II untuk dapat aktif memberikan pertanyaan dan pendapat selama mengikuti kegiatan belajar-mengajar serta dapat menjalin komunikasi yang baik dengan dosen. KATA KUNCI Komunikasi, Interpersonal, Motivasi BelajarResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.
Komunikasi Interpersonal Pada Pasangan Hubungan Jarak Jauh Dalam Mempertahankan Hubungan di . Physical Distancing. Pandemi COVID-19” Kriteria Narasumber: Pasangan tinggal/berada dalam kota yang sama atau tinggal/berada di kota/pulau yang berbeda. Harus pasangan (remaja) yang memiliki status dan melakukan komunikasi selama pandemi (18-25
Bagi konselor pemula biasanya sangat tergoda untuk mengajukan pertanyaan dengan banyak. Jika ini anda laku-kan, maka anda perlu bertanya pada diri anda sendiri, "Apa tujuan saya bertanya kepada konseli?" Jika konselor terlalu banyak memberikan pertanyaan kepada konseli, maka tampak bahwa itu bukan proses konseling, tetapi proses interogasi, dan hal ini akan membuat konseli akan lebih tertutup dan menarik diri. Tujuan konseling antara lain adalah mengeksplorasi atau menggali permasalahan konseli. Tetapi eksplorasi ini tidak sepenuhnya di tangan konselor. Jika konselor terlalu banyak bertanya, ada kemungkinan bahwa konseli akan berbicara setelah ditanya oIeh konselor. Sehingga konseli akan menjawab sebatas apa yang ditanyakan oleh konselor. Pertanyaan yang terlalu banyak akan membahayakan hubungan antara konselor dan konseli. Sebab ada kemungkinan konselor bertanya sesuatu yang menyimpang dari apa yang diinginkan oleh konseli. Jika konselor akan mengajukan pertanyaan kepada konseli, maka harus jelas tujuan dan harapan jawaban yang sekiranya akan diberikan oleh konseli. Jika hal ini tidak dipikirkan, maka proses konseling akan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Ada dua katagori atau penggolongan pertanyaan. Dua katagori pertanyaan tersebut adalah "pertanyaan terbuka/open question dan "pertanyaan tertutup/closed question". Kedua macam pertanyaan itu dapat dipergunakan selama proses konseling dan sangat penting bagi anda untuk memahami perbedaan di antara keduanya. Pertanyaan tertutup Closed question adalah perta-nyaan yang mengarahkan pada jawaban yang spesifik. Dan biasanya jawaban yang diharapkan pun sangat pendek. Jawaban itu seperti, "Ya” atau “Tidak” Sebagai contoh "Apakah kau datang ke sini dengan naik bus?” atau, “Berapa lama anda tinggal di Surabaya?”. Selama proses konseling, anda bisa memberikan pertanyaan tertutup berulang kali, sebatas kebutuhan yang, spesifik. Hanya saja, setelah konseli memberikan jawaban, sebisa mungkin konseli didorong untuk memberikan jawaban lebihl lanjut. Pertanyaan tertutup yang diberikan oleh konselor sangat berbeda dengan pertanyaan yang disampaikan oleh jaksa penuntut di ruang pengadilan. Jaksa akan meminta jawaban yang langsung tanpa ada tambahan lain. Tetapi konselor bukan jaksa, konselor akan memberikan kebebasan bagi konseli untuk dapat berbicara lebih terbuka dan lebih dalam. Pertanyaan terbuka Open question adalah pertanyaan yang sangat berbeda dengan pertanyaan tertutup. Pertanya-an ini memberikPertanya-an konseli suatu ruPertanya-ang yPertanya-ang luass untuk menggali apa saja yang ada dalam dirinya serta mendorong konseli untuk lebih bebas. Jika konselor bertanya, "Apakah anda ke sini naik bus?" maka jawabannya akan “Ya atauTidak". Tetapi jika konselor bertanya, "Bagaimana cara anda bepergian ke sini?" Maka konseli mempunyai kebebasan untuk menjawab. Di bawah ini ada beberapa contoh perbedaan antara pertanyaan tertutup dengan pertanyaan terbuka. Contoh 1 . Tertutup Apakah anda marah? Terbuka Bagaimana perasaan anda? Contoh 2. Tertutup Berapa anak anda? Terbuka Bisakah anda ceritakan tentang anak-anak anda? Contoh 3. Tertutup Apakah anda sering berdiskusi dengan istri anda? Terbuka Bagaimana hubungngan anda dengan istri anda? contoh 4. Tertutup Apakah ayah anda menyuruh anda menemui saya? Terbuka Apa yang membuat anda datang kemari? Contoh 5. Tertutup Apakah perubahan itu mengganggu anda? Terbuka Bagaimana perubahan itu bisa mempengaruhi anda? Jika anda melihat. Pertanyaan tertutup yang diajukan oleh konselor maka tampak bahwa konseli tidak mempunyai kesempatan untuk mempergunakan imajinasinya dalarn memberikan jawaban. Jawaban yang diberikan akan sangat pendek dan tidak akan mendorong konseli untuk lebih kreatif dan berbagi informasi baru yang dipunyainya. Pertanyaan terbuka akan sangat berbeda dengan per-tanyaan tertutup. Sebab melalui perper-tanyaan terbuka seringkali konselor mendapatkan jawaban yang tidak terduga. Sebagai contoh, anda bertanya, "Ceritakan tentang anak-anak anda". Jawaban yang anda harapkan adalah jumlah anak konseli anda. Tetapi konseli anda bisa menjawab, "Anak-anak saya sangat cantkl. dan sangat bahagia", atau, "Anak-anak saya sedang tumbuh, saya dan suami saya sangat senang dapat hidup bersama mereka”. Dengan demikian jelas bahwa pertanyaan terbuka akan dapat memberikan berbagai macam jawaban. Hal ini tidak akan dapat diketahui oleh konselor sampai konseli menyatakannya dengan ungkapan verbal. Selain itu, pertanyaan terbuka lebih mengarahkan konseli untuk merasakan bahwa konselor memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya. Akan lain haInya jika konselor mempergunakan pertanyaan tertutup. Konseli akan merasa bahwa perta-nyaan itu hanya untuk kebutuhan konselor saja. Dalam pelaksanaan konseling, sebaiknya dihindari pertanyaan dengan mempergunakan kata tanya "Mengapa”. Hal ini dikarenakan, jika konselor mempergunakan kata tanya "Mengapa", pertanyaan itu cenderung untuk mengungkap pemikiran atau alasan-alasan konseli melakukan sesuatu. Tetapi tidak akan dapat mengungkap apa yang sedang terjadi dalam diri dan perasaannya. Pertanyaan tertutup cenderung untuk mengge-neralisasikan jawaban di luar. diri konseli, sehingga Jawaban itu tidak, tampak berasal dari diri konseli sendiri, dan terkadang tidak meyakinkan sehingga dapat dikatakan bahwa pertanyaan "Mengapa" itu cenderung menyudutkan atau merasionalkan. Dalam hal ini ada tiga tujuan mengajukan pertanyaan, yaitu; a untuk mendorong konseli agar terbuka dan tidak menutup diri, b untuk membantu konseli agar dapat lebih spesifik dan lebih konkrit; dan c untuk membantu konselor mendapatkan pemahaman yang jelas dari situasi konseli. Tujuan pertama dari membuat pertanyaan adalah agar konseli lebih terbuka dan tidak menutup diri. Hal ini telah dibicarakan dimuka. Sehingga memberikan pertanyaan terbuka akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan pertanyaan tertutup. Tujuan kedua adalah untuk membantu konseli agar dapat lebih spesifik dan lebih konkrit. Konseli terkadang memberikan jawaban yang sangat umum. Hal tersebut tidak akan banyak membantu bagi konselor dan konseli sendiri karena sangat tidak mungkin untuk berpikir secara jelas tentang sesuatu permasalahan jika disampaikan secara bias dan melalui bahasa yang tidak spesifik Konselor membantu konseli untuk mengklasifikasi cara berpikir konseli. Lebih jelasnya, jika konseli memberikan kalimat yang samar-samar seperti "Hal-hal macam itu selalu mengganqgu saya". Kalimat "Hal macam-macam" merupakan ungkapan yang tidak akan dapat dimengerti atau tidak jelas. Untuk hal tersebut, konselor dapat menanyakan, "Apa yang anda maksud dengan hal yang macam-macam” atau pernyataan konseli sebagai berikut, "Saya tidak sanggup menahannya lagi". Kata "nya" dalam ungkapan konseli tersebut masih samar. Sebaiknya, kon-selor bertanya, "Siapa yang yanq membuat anda tidak sanggup menahan". Tujuan ketiga mempunyai kesamaan dengan tujuan kedua, yaitu membantu konselor mendapatkan pemahaman yang jelas tentang situasi/keadaan konseli. Terkadang konseli bercerita terlalu banyak sehingga cerita yang disampaikan sangat sulit untuk dipahami. Sebagai konselor, sebelum menanyakan suatu informasi kepada konseli, anda perlu mengetahui apakah informasi itu dibutuhkan atau tidak. Kemudian, jika anda tidak mempunyai informasi tersebut, apakah anda masih dapat membantu konseli? Jika jawaban itu "Ya", maka anda boleh membuat pertanyaan. Kebanyakan memberikan pertanyaan akan membuat konseli menutup diri dan menarik diri. Ingatlah bahwa parafrase dan refleksi perasaan akan dapat memotivasi konseli untuk dapat lebih terbuka. Oleh karena itu disarankan bagi anda untuk memberikan pertanyaan seba-tas pada tiga respon serta refleksi yang telah dibahas. Komunikasinonverbal dan kinesik bukan satu-satunya cara untuk berkomunikasi tanpa kata-kata. Proxemics, bentuk komunikasi nonverbal, berkaitan dengan pengaruh kedekatan dan ruang komunikasi.Bentuk lain dari perilaku nonverbal dan komunikasi yang berhubungan dengan komunikasi lintas budaya adalah paralanguage.Paralanguage mengacu pada bagaimana
Workout Objective Understand why the recommended quiz answers result in the most effective communication style for US business culture. Prerequisite Complete the Interpersonal Communication Quiz – 25 Questions Recommended Frequency Just once Workout steps Find the questions that your answers differed with, and read through the explanations. List on a piece of paper the three things you will do differently when you communicate, based on your new understanding. Share your action plan with someone who can hold you accountable. Add your comments and additional questions in the comment section. Note After doing the interpersonal communication quiz, one member commented — “In some cultures Navajo-Native American, it is accepted tat the person never looks at the speaker in one on one conversations. In certain American regional cultures, if you are not looking at their eyes, you are not interested in the discussion, but in others, you are threatening.” Different cultures will recommend different things. This is just what is recommended in mainstream US business culture. ————————————————————————————————————————- Basic Interpersonal Etiquette Cultural differences and shyness sometimes lead a person to choose a less effective style… 1. When I first meet someone, I wait for the other person to make the introduction first. I introduce myself with a smile and offer a handshake. I hug the person. Recommended Answer is b – I hope this answer is fairly obvious. In business, success is dependent on who you know as much as what you know. If you always wait for other people to introduce themselves first, then you may miss out on opportunities to meet new people who could later help you in your career. Answer B helps you be proactive in engaging with others, so they can get to know you — an important first step in any positive interaction. Answer C would be uncomfortable in any business situation, as the other person doesn’t know you at all. It’s hard for them not to feel awkward if you met them for the first time and tried to go in for a hug. 2. When I first meet someone, I make an effort to remember and use peoples’ names. I don’t pay attention to names, as I tend to forget them. I only learn the names of important people. Recommended Answer is a – Knowing someone’s name and calling them by their name helps people stay engaged with you in conversation. You should always try to remember names, even if you don’t remember them all. Some techniques to remembering names include 1 Repeating their name in the next sentence you speak. 2 Associating their name with someone you know or someone famous Hilary like Hilary Clinton. Answer c is not the best style, as you may not immediately know who the important people are. You cannot judge importance based on titles, as there are junior level folks and support staff that could have significant influence in an organization. It’s also not good for your reputation to come across as arrogant. If you are wrong, and they happend to be important to your career, you have just burned a bridge for yourself. 3. When speaking with others I try to equalize my participation in the conversation. I usually do most of the talking. I usually let the other person do most of the talking. Recommended Answer is a – Answer b is less effective, because if you do most of the talking, you may be dominating too much of the conversation. That will come across as less-than-engaging. The listener could get bored, or think you are arrogant or too self-focused. It may be tempting to think answer c is best, as that means you are showing interest in what the other person is saying. However, it’s also less effective, as that person may feel heard, but they may not leave with a strong impression of you. Remember, a good rule of thumb for great interpersonal communication is to be interesting and interested. For both to happen, you need to equalize your participation in the conversation. 4. In conversations, I frequently use courtesy words and phrases – “thank you, please, sorry.” I occasionally use courtesy words and phrases. I never use courtesy words and phrases. Recommended Answer is b It should be pretty obvious why answer c is not right, as any business culture require some level of courtesy. But you may ask why answer a is not the most effective style? The reason is overly using polite words can be perceived as a sign of weakness in the US culture. Sometimes I see people, especially Asians, say more courtesy words than is necessary. I was born in China, so I know this is because we were taught that it’s always best to be more polite and deferential to authority. This is, unfortunately, not the case in the US. For example, if you frequently say sorry in conversations, you can start to build a negative reputation as someone who is often at fault or can be easily picked on. Both impression put you at a disadvantage in your career. So, it’s important to understand when to use courtesy words and when not to. Core Communication Style 1. When starting a conversation, I usually “warm-up” new conversations with small talk. avoid small talk and jump into more important matters. avoid starting conversations. Recommended answer is a I usually “warm-up” new conversations with small talk. Most people answer either a or b to this question. The reason answer a is recommended is because “small talk” can help break the ice, build a relaxed atmosphere for more conversation, and potentially build personal rapport with your new audience. “Small talk” can be about the weather, sports, stock market, news you heard this morning, etc. Usually you want to find something that you think is the most relevant to the people you are speaking with. Some people, especially foreigners from Asian countries, can make the mistake of thinking that making “small talk” will make them seem less serious, and therefore should be avoided. In American culture, this is not true, because those who know how to use the right “small talk” to help everyone relax will be more likely to be heard. I believe in the US, business people usually expect 2-3 minutes of “small talk” to ease into the conversation. This is why when I coach foreign business professionals on how to be more effective in the American business culture, I usually recommend that they keep up with some current events outside of work, so they can start or join “small talks” in a business conversation naturally. 2. When I discuss a topic I tend to talk about and focus on positive good aspects. I tend to talk about and focus on the negative bad aspects. I tend to complain. Recommended Answer is a This is, again, potentially because of cultural differences — I spent about 15 years in Asia and over 20 years in the US, so I can comment a bit on the cultural differences I have seen. In America, business professionals are more likely to respond positively if you deliver the message in a positive manner, such as positioning an unexpected negative outcome as an opportunity, and always ending on a positive note. In Asia, on the other hand, business professionals may view telling you about the “negative” aspects as being more honest, and so they are doing their job by warning you of the worst case scenario. This approach may have good intentions, but I have found it to be less effective in the US. 3. While listening, I tend to be distracted by things going on around me. I listen for meaning and ask questions. I listen intently and I don’t ask questions, as it would be impolite. Recommended answer is b It should be obvious why answer a is not the right answer. Answer b and c can come down to cultural differences. In Asia, where the business culture is much more hierarchical, it may be considered rude if you ask questions while listening. Whereas in the US, professionals will view you as thorough, engaged, and proactive if you ask questions while listening. 4. While conversing I tend to interrupt before the other person is done speaking to show my excitement for the subject. I wait until the other person is done speaking before I speak. I try to talk as little as possible. Recommended answer is b. This is pretty obvious, but sometimes difficult to do. When we are nervous to show that we know what we are talking about, really excited about a subject, or rushing to finish on time, we tend to start talking before the other person finishes his sentence. Depending on the other person’s style, this can be considered as either no big deal, or very rude. Ultimately, it’s just more respectful to wait until the other person is done speaking. 5. When I disagree with a person, I listen first, ask questions for clarification, then disagree non-judgmentally. I quickly point out the person is wrong and why. I say little or nothing. Recommended answer is a. You may think that this is the obvious right answer, but I used to think that answer b is the right approach. I used to be an engineer, and in that field the answers are black and white — either the circuits that I built worked, or they didn’t. I used to look at everything that way. If I was in a discussion and I found a flaw in their argument, I would be quick to point out why they were wrong. This win-lose attitude can be detrimental to your relationships and communication effectiveness, however. Nobody wants to be told that they are wrong, even if they are. Keep in mind that business is one big gray area, with no clear right or wrong answers. Communicating only why you disagree, without passing judgment as to who is right or wrong, will keep your tone constructive. It will also help you build, instead of destroy, relationships. This is key, as good relationships are essential to supporting a successful career. 6. When I have a negative opinion or comment, I just say it. I lead in with a positive comment first. I say nothing. Recommended answer is b. Leading with a positive comment will soften the blow, and therefore foster relationships. Neither a nor c is ideal if you just blurt it out, you will seem blunt, self-righteous, or rude to an American. However, if you say nothing, you’ll seem un-engaged, or you’ll make it seem like you cannot take a stand. Many shy people tend to say nothing, and think that if they seem agreeable to others, they will be liked and promoted. This is not true. Those who have trouble voicing their opinion are rarely promoted faster in American culture. People respect those who can speak their mind constructively. 7. To end a conversation, I often just leave. I begin to look impatient hoping the person will get the hint. I wrap up with a closing statement. Recommended answer is c. Just leaving can lead to confusion, and looking impatient is simply rude. It is always recommended to have a wrap-up, even if it’s quick. It could be a polite comment, like “it was a pleasure meeting you.” It could also be an action, like “I will call you next week to set up a follow up meeting.” Non-verbal Communication Etiquette While what you say and how you say it are important, how you communicate non-verbally with your face and body also has a significant impact on how someone perceives you, and whether they will stay engaged in the conversation. As you will see, in American business culture, non-verbal communication etiquette is all about balance. 1. In conversations, I tend to be serious and don’t smile often. I smile all the time. I smile at appropriate times. Recommended answer is c A balanced smile is best and more meaningful. If you smile all the time, it may come across as fake, nervous, or not serious enough. And if you don’t smile often, then you can unwittingly create unnecessary tension in the conversation. Smiling at the appropriate times will illicit a good response from the person you are speaking with, and keep the conversation relaxed and positive. 2. While conversing, I make eye contact. I sometimes make eye contact. I never make eye contact. Recommended answer is b In American business culture, eye contact is expected; otherwise you may seem like you are hiding something, you’re shy, or disinterested. With that said, constant eye contact can also unnerve the person you are speaking with, as constant eye contact can easily become a stalker stare. Again, balance is key you should make eye contact intermittently to keep engaged with the other person. 3. While conversing, I hold my head still at all times. I nod my head at appropriate times. I nod my head constantly. Recommended answer is b Keeping your head still all the time is unnatural. It will make you tense, and the person you are speaking with will feel that too. Nodding your head constantly may seem like a good idea, especially if you agree with everything the other person is saying, but this is also unnatural. It can make you appear too eager to please, and therefore boring to speak with, as you have nothing different to say. This is definitely a trend in American business culture. In Japan, you are expected to nod often to show your respect, otherwise you may be considered rude. 4. While conversing, I stand one-foot away from the person. I stand two- to three-feet away from the person. I stand five- to six-feet away from the person. Recommended answer is b I had no concept of personal space when I moved to America. In China, there are over 1 billion people, and I was constantly surrounded by people on the bus and sidewalk. It was natural to bump into people, or for others to stand really close to me. I never thought anything of it. In America, however, there is a concept of personal space. It’s about 1 foot around the person. You’re a little too close if you’re standing a foot away from someone else. They may feel like you are being too familiar with them, which could be very inappropriate for a business conversation. This is especially true if the person you are speaking with is of a different gender. Standing two to three feet away is ideal. Any further is too far away to engage in a conversation, unless you’re in a group setting. 5. When I am listening to the other person, I often cross my arms over my chest. I often lean back and turn my body away from the speaker. I often lean slightly forward and face my body toward the speaker. Recommended answer is c This style may be culturally universal. I think most of us would agree that crossing my arms over my chest is perceived as a defensive, closed up posture. Leaning back and turning my body away from the speaker is usually construed as being uninterested in the conversation. 6. When I’m in a group, I tend to frown a lot. I tend to smile and use humor at appropriate times. I tend to be serious. Recommended answer is b. Similar to question 1 above, it is important to smile occasionally, to keep the conversation friendly and engaging. Use humor only if you feel comfortable doing so. Appropriate humor is important, as a joke that is not funny will create an awkward silence. On the other hand, a joke that is too colorful can also create unease. As we discussed before, some people may think that it is important to be serious in a group-business setting to show that you are focused. This is unfortunately not true. Business conversations can get boring quickly if you are too serious. In the US, people will listen better to someone who can be animated in their discussions. Feedback Communication Style Whether you are giving feedback or receiving feedback, there is a right way and a wrong way to do it. Either way, it affects your career success. When giving feedback, it is important to be constructive in order to keep your team members motivated and help them grow. Only when they are motivated to perform, and are loyal to you, can they also help you succeed. When receiving feedback, it is important to sound open minded and receptive, to convey that you are eager to learn and are listening. 1. When I receive unfavorable feedback, I ask for specific examples and note where I need to improve. I get angry and defensive I deny the problem, make excuses, or plead ignorance. Recommended answer is a See my article, “How to Turn Negative Feedback to Your Advantage” to find out why A is the best answer. 2. When I disagree with the feedback I received I tell my boss directly and use examples to show him why he is wrong. I talk to HR to document my disagreement. I ask questions to understand why my boss has a difference perspective. Recommended answer is c Again, see my article, “How to Turn Negative Feedback to Your Advantage” to find out why C is the best answer. It should be obvious why a is not the best approach — even if you have examples to demonstrate your perspective, you don’t want to approach your boss with why he is wrong.’ That will just cause an argument, and at the end of the day, you will not convince him that he is wrong. Frankly, there is no right or wrong in feedback. If your boss perceives your performance to be a certain way, he is always right in his perception. If you disagree, you are only right in your perception. The take away here is to figure out why his perception is different from yours, and what you can do in the future to change it. Telling HR about your disagreement is okay, but don’t expect HR to do anything for you other than to document it. HR is not your friend; see my article, “Is HR Friend or Foe?” to learn more. 3. When I give a person feedback, I offer feedback both on their strength and development area. I only give positive feedback. I only give negative feedback so they can improve. Recommended answer is a. It’s always a good idea to provide balanced feedback. Nobody is perfect, and we all have strengths and development areas. Don’t just sugar-coat your words by giving predominantly positive feedback. You will do them a disservice, because you’re not helping them grow or get promoted. Finally, focusing too much on negative feedback can just de-motivate your team member. 4. When I give a person negative feedback, I focus on the person’s observable work or behavior and offer suggestions. I focus on what I don’t like about the person. I simply tell the person what to do right. Recommended answer is a. Many managers make this mistake and cannot separate their personal biases from observable facts. Don’t be one of them. Remember, the goal of giving feedback is to help people grow, not feeding your own ego. Answer C isn’t ideal either, since there is always more than one way to do things right. Don’t be too prescriptive in your feedback unless asked. Give the person enough details regarding how they can improve, why they need to improve, and let them grow in their own way. They will be more motivated to perform this way. 5. When I give a person feedback, I do it around others so everyone can hear. I do it in front of the supervisor. I talk with the person alone in a private place. Recommended answer is c. I hope it is obvious why. Social Communication at Work You may wonder — what does social communication have to do with my career success? A lot, actually. People tend to like working with others that are similar to them and respectful of them. Even though work is about your performance, it is also about how well you can get along with others. This last section can be especially important to foreigners working in the US. There are many aspects of the American culture that take time to learn and understand. The more you can understand it, the more effective and successful you can be in the American business world. 1. When a co-worker discuss a non-work related topic at work sport game, TV show, I politely leave the conversation. I listen or join in the conversation. I tell his boss that this co-worker is not working hard enough. Recommended answer is b. Socializing is a normal part of work. Of course, you still need to get your work done, but on top of that, you need to spend time getting to know your co-workers and boss on a personal level. The best way to relate is to find common interests or hobbies to discuss or participate in. People like to promote people they like. Just doing good work alone is not enough. It’s not fair but it’s reality. 2. When someone talks about an unfortunate or sad experience, I don’t comment on it. I try to change the subject. I try to relate to the person’s feelings and show sensitivity to his or her misfortune. Recommended answer is c. People expect you to show empathy and care when you hear about their misfortune. It will be considered rude if you don’t say anything that relates to their feelings or showed sensitivity. 3. If a co-worker has put on weight, I say nothing about it. I tell the person that he or she has changed in appearance. I honestly tell the person that he or she looks fat. Recommended answer is a. While it’s important to be social at work, it is also important to know which subjects are too sensitive to talk about. These may include weight, age, or religion. It’s important to remember that no one in America likes to hear negative comments about themselves, even if they are true. It is considered offensive, and will definitely harm any good relationship that you may have with the person. This may seem obvious to some, but for some foreigners, it is not so obvious. For example, whenever I visit my birth country, China, my relatives are always quick to point out how “chubby” or “strong” I look. I am a size 2 or 4 in the US. While my American self feels offended, my Chinese self reminds me that they do this for two reasons Chinese people are very direct when they communicate. Weight is not a taboo topic in China, as most people are actually underweight. In the 1960s, there was a mass famine in China. Since then, anyone who looks chubby or strong is considered well off. In other words, Chinese people use this comment as a compliment, to acknowledge that you are well-to-do. By contrast, many people in the US are worried about being overweight, so you can easily hurt their feelings if you tell them that they look heavier, or have had a change in appearance. As you can see, cultural differences can impact your communication style and your career success. If you ever travel and work in a different country than the one you were born in, it is important to invest time to understand the business culture of the country you are operating in, and adapt your communication style accordingly. The moral of the story it is important to invest time to socialize at work to build informal bridges and build a favorable reputation. If you are a foreigner working in the US, it is important to know what topics are sensitive to Americans and what are the appropriate responses without being too blunt or uninterested. The best way to really learn this is to immerse yourself in American culture outside of work – watch American TV, make American friends, and go to parties that are outside of your ethnic group. You will then learn what the norms are in American culture for a casual environment, and thus learn how to better socialize at work. I have lived in America for more than 20 years no, but I still remember some sense of culture shock from when I first came here. For example, when people say “Let’s do lunch soon,” and then never follow up to arrange it, it is not out of disrespect. People actually like to say these phrases as a way of saying “see you later.” It’s not a promise, as I originally thought, so don’t take offense. If you want to do lunch with them, just set it up yourself. It took me a good 5 to ten years before I felt “Americanized,” so be patient with yourself. Your comments Are any of the recommended answers or explanations a surprise to you? If so, why? Add your comments below and let’s have a discussion. Like this post? Help me out by sharing it on Linkedin, Email, Twitter, Facebook, Google+, etc. I am always in your corner. Best wishes to your career success. – Lei
Hasilpenelitian dengan metode kualitatif tentang Keterampilan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Tingkat (I ) Satu adalah mahasiswa tingkat (I ) satu yang diwawancara berpendapat bahwa dalam berkomunikasi dengan seseorang merupakan hal yang penting. Melalui berkomunikasi dengan seseorang maka kita Interpersonal communication skills affect every interaction we have. From negotiating for a promotion to resolving a conflict with a spouse, good communication skills can greatly improve life, while weak communication skills can make everyday interactions frustrating and tense. Interpersonal communication encompasses a number of communication styles; there is not one "right" style, but knowing how to talk to a wide variety of people can greatly improve your social interactions and career success. Fortunately, interpersonal communication is a skill, and understanding your communication style can help you build upon your strengths and improve your weaknesses. This test measures several dimensions of interpersonal communication, including Insightfulness – The ability to understand other people's words and intentions. Verbal Expression – The ability to express yourself verbally in a way that is clear, concise, and effective. Assertiveness – Your ability to express your opinions and ideas. Listening Skills – The ability to take turns and listen appropriately to others during conversation. Emotional Management – The ability to control your own emotions in conversation and the ability to properly respond to others' emotions. Like other online personality tests, the Interpersonal Communication Skills Test relies on self-reports. While it can be difficult to admit to your communication weaknesses, answering honestly- rather than giving the answer you hope is true-will give you the most accurate results. Accurate test results can help you determine specific steps for improvement. has partnered with PsychTests AIM Inc. as the assessment provider for this test. The test is brief. It contains 25 questions and only takes about 10 minutes to complete. When you complete the test, you will get a brief snapshot report on your interpersonal communication skills and have the option to purchase a more detailed full report. The detailed report contains information about your unique strengths and weaknesses and explains how you can improve your communication skills. The full test report is optional and can be purchased for $ after you complete the test.
DOC) Hambatan Komunikasi dan Strategi mengatasi Hambatan - Academia.edu. Komunikasi menurut McCubbin dan Dahl (1985) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu prose tukar-menukar perasaan, keinginan, kebutuhan dan pendapat. Dengan komunikasi manusia dapat bersosialisasi satu dengan yang lainnya baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Psikologi konseling merupakan bidang yang berfokus pada membantu individu mengatasi masalah emosional, mental, dan sosial yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Psikolog konseling memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang mendalam tentang proses psikologis dan bagaimana mengembangkan kesejahteraan mental. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep psikologi konseling, peran seorang psikolog konseling, teknik yang digunakan, serta manfaat dan signifikansi dari konseling Itu Psikologi Konseling?Psikologi konseling adalah cabang ilmu psikologi yang berfokus pada membantu individu mengatasi tantangan dan masalah emosional, mental, dan sosial yang mereka alami dalam kehidupan mereka. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan individu, membantu mereka mencapai pertumbuhan pribadi, dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi hidup dengan lebih baik. Psikolog konseling bekerja dengan individu dari berbagai latar belakang dan usia, termasuk anak-anak, remaja, dewasa, dan kelompok-kelompok tertentu seperti pasangan atau Seorang Psikolog Konseling Seorang psikolog konseling memainkan peran penting dalam membantu individu mengatasi tantangan dan mengembangkan kesejahteraan mental mereka. Berikut adalah beberapa peran utama yang dimainkan oleh seorang psikolog konselingMenciptakan Hubungan Terapeutik Psikolog konseling menciptakan hubungan terapeutik yang aman, mendukung, dan terbuka dengan klien. Ini memungkinkan individu merasa nyaman untuk berbagi pengalaman dan tantangan mereka tanpa takut dihakimi atau dan Penilaian Psikolog konseling melakukan evaluasi dan penilaian komprehensif terhadap klien untuk memahami masalah dan kebutuhan mereka. Ini melibatkan mengumpulkan informasi tentang sejarah hidup, gejala yang dialami, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesejahteraan Rencana Perawatan Berdasarkan hasil evaluasi, psikolog konseling bekerja sama dengan klien untuk merancang rencana perawatan yang sesuai. Rencana perawatan ini mencakup tujuan jangka pendek dan jangka panjang serta strategi dan intervensi yang akan dan Konseling Psikolog konseling menyediakan terapi dan konseling yang didasarkan pada pendekatan-pendekatan yang sesuai untuk masalah yang dihadapi klien. Mereka menggunakan teknik-teknik dan pendekatan yang berbeda, seperti terapi kognitif perilaku, terapi psikodinamik, terapi keluarga, atau terapi bermain untuk Emosional dan Edukasi Psikolog konseling memberikan dukungan emosional kepada klien dalam menghadapi tantangan dan membangun keterampilan coping yang sehat. Mereka juga memberikan edukasi tentang masalah kesehatan mental dan memberikan informasi yang bermanfaat kepada klien dan dengan Profesional Lain Psikolog konseling bekerja secara kolaboratif dengan profesional kesehatan mental lainnya, seperti psikiater, terapis keluarga, atau pekerja sosial, untuk memberikan perawatan yang holistik dan terkoordinasi kepada dalam Psikologi Konseling Psikolog konseling menggunakan berbagai teknik untuk membantu individu mengatasi masalah dan mencapai pertumbuhan pribadi. Beberapa teknik yang umum digunakan dalam psikologi konseling meliputiTerapi Kognitif Perilaku CBT CBT melibatkan mengidentifikasi pola pikir negatif atau distorsi kognitif yang mendasari masalah kesehatan mental dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih adaptif. Ini juga melibatkan penggunaan teknik-teknik perilaku untuk mengubah pola perilaku yang tidak Psikodinamik Terapi psikodinamik menggali pengalaman masa lalu, konflik tak sadar, dan dinamika hubungan interpersonal untuk memahami akar masalah kesehatan mental. Ini melibatkan interpretasi dan eksplorasi mendalam tentang pengalaman dan perasaan Keluarga Terapi keluarga melibatkan kerja sama dengan keluarga klien untuk memahami dan mengatasi masalah yang melibatkan interaksi keluarga. Ini membantu meningkatkan komunikasi, mengatasi konflik, dan membangun hubungan yang sehat di antara anggota Bermain Play Therapy Terapi bermain digunakan khusus untuk anak-anak, di mana mereka dapat mengekspresikan diri dan mengatasi masalah melalui permainan. Ini memungkinkan anak-anak untuk berkomunikasi dengan cara yang alami bagi mereka, sambil bekerja dengan psikolog konseling untuk mengatasi masalah dan Signifikansi Psikologi KonselingPsikologi konseling memiliki manfaat yang signifikan bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan. Beberapa manfaat utamanya meliputiMengatasi Masalah Kesehatan Mental Psikologi konseling membantu individu mengatasi masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, trauma, atau stres. Melalui terapi dan konseling, individu dapat mengeksplorasi dan memahami akar masalah mereka serta mengembangkan strategi yang efektif untuk Keterampilan Coping yang Sehat Psikologi konseling membantu individu mengembangkan keterampilan coping yang sehat untuk menghadapi tantangan dalam hidup. Ini termasuk mengelola stres, mengatasi konflik, membangun keterampilan komunikasi, dan meningkatkan Kualitas Hubungan Psikologi konseling membantu individu memperbaiki dan meningkatkan hubungan interpersonal mereka. Dengan bekerja melalui masalah dan konflik, individu dapat memperbaiki komunikasi, membangun keterampilan hubungan yang sehat, dan mengembangkan koneksi yang lebih kuat dengan orang Kualitas Hidup Psikologi konseling dapat memberikan perbaikan signifikan dalam kualitas hidup individu. Dengan mengatasi masalah kesehatan mental, mengembangkan keterampilan coping yang adaptif, dan meningkatkan hubungan interpersonal, individu dapat mencapai kesejahteraan yang lebih baik dan merasa lebih bahagia dan puas dengan hidup konseling adalah bidang yang penting dalam membantu individu mengatasi masalah emosional, mental, dan sosial. Melalui terapi dan konseling, individu dapat mengeksplorasi dan memahami diri mereka sendiri, mengatasi masalah kesehatan mental, mengembangkan keterampilan coping yang sehat, dan meningkatkan hubungan interpersonal. Psikolog konseling berperan penting dalam memberikan dukungan dan bimbingan kepada individu dalam perjalanan mereka menuju pertumbuhan pribadi dan kesejahteraan mental yang lebih baik. Jika Anda menghadapi tantangan atau masalah dalam hidup Anda, mempertimbangkan untuk mencari bantuan dari seorang psikolog konseling dapat menjadi langkah pertama yang penting untuk mencapai kesejahteraan dan pertumbuhan pribadi yang lebih baik. Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Keterampilankomunikasi adalah dasar yang dikembangkan dalam keterampilan komunikasi dalam konseling, dengan menggunakan berbagai respon konselor parafhrase, clarification, reflection of feeling, summarization, probing, ability potential, confrontation, interpretation, self disclosure, immediate, information giving, verbal setting, instruction paralinguistic, kinesics, Test your understanding of Interpersonal communication concepts with quick multiple choice quizzes. Missed a question here and there? All quizzes are paired with a solid lesson that can show you more about the ideas from the assessment in a manner that is relatable and unforgettable. Komunikasiantar pribadi yang pelakunya lebih dari tiga orang yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Komunikasi interpersonal berlangsung secara dialogis sehingga memungkinkan interkasi dan dianggap sebagai komunikasi yang paling ampuh dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan, karena dilakukan secara tatap muka. Konseling merupakan kegiatan profesional yang melibatkan hubungan antara seorang konselor dengan individu atau sekelompok individu. Layaknya suatu hubungan interpersonal, konseling tidak dapat dilepaskan dari berlangsungnya proses interaksi dan komunikasi pada pihak-pihak yang terlibat di dalam proses tersebut. Penguasaan keterampilan komunikasi merupakan prasyarat dasar bagi konselor untuk dapat menggunakan berbagai keterampilan konseling secara efektif dan efisien. Harus dipahami bahwa hampir keseluruhan keterampilan konseling melibatkan keterampilan komunikasi konselor. Pemahaman yang baik terhadap keterampilan komunikasi harus didasari oleh pengkajian dan pemahaman mendalam terhadap filsafat komunikasi. Penguasaan tersebut memudahkan konselor dalam menggunakan berbagai keterampilan konseling yang telah dirumuskan oleh para ahli sebagai modal untuk memberikan pelayanan bantuan yang berhasil-guna bagi konseli. - English version Counseling is a professional activity involving the relationship between a counselor with an individual or a group of individuals. Like an interpersonal relationship in general, in the process of counseling occurs the process of interaction and communication between individuals with other individuals counselors-counselee. Mastery of communication skills is a basic prerequisite for counselors to be able to use various counseling skills effectively and efficiently. It should be understood that almost all of the counseling skills involve the counselor’s communication skills. A good understanding of communication skills should be based on an in-depth study and understanding of communication philosophy. Mastery of communication skills will facilitate the counselor in using various counseling skills that have been formulated by experts as assets to provide successful assistance services for the counselee. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Hariko - Landasan Filosos Keterampilan... 41 41Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 22, 2017, 41–49Tersedia online di 2503-3417 onlineISSN 2548-4311 cetakLandasan Filosos Keterampilan Komunikasi KonselingRezki HarikoJurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar, Padang Utara, Padang, Sumatera Barat, Indonesia 25131E-mail hariko diterima 18 Januari 2017; direvisi 4 Mei 2017; disetujui 4 Mei 2017Cara mengutip Hariko, R. 2017. Landasan Filosos Keterampilan Komunikasi Konseling. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 22, 41–49. Diambil dari Counseling is a professional activity involving the relationship between a counselor with an individual or a group of individuals. Like an interpersonal relationship in general, in the process of counseling occurs the process of interaction and communication between individuals with other individuals counselors-counselee. Mastery of communication skills is a basic prerequisite for counselors to be able to use various counseling skills effectively and efciently. It should be understood that almost all of the counseling skills involve the counselor’s communication skills. A good understanding of communication skills should be based on an in-depth study and understanding of communication philosophy. Mastery of communication skills will facilitate the counselor in using various counseling skills that have been formulated by experts as assets to provide successful assistance services for the philosophical; communication skills; counselingAbstrak Konseling merupakan kegiatan profesional yang melibatkan hubungan antara seorang konselor dengan individu atau sekelompok individu. Layaknya suatu hubungan interpersonal, konseling tidak dapat dilepaskan dari berlangsungnya proses interaksi dan komunikasi pada pihak-pihak yang terlibat di dalam proses tersebut. Penguasaan keterampilan komunikasi merupakan prasyarat dasar bagi konselor untuk dapat menggunakan berbagai keterampilan konseling secara efektif dan esien. Harus dipahami bahwa hampir keseluruhan keterampilan konseling melibatkan keterampilan komunikasi konselor. Pemahaman yang baik terhadap keterampilan komunikasi harus didasari oleh pengkajian dan pemahaman mendalam terhadap lsafat komunikasi. Penguasaan tersebut memudahkan konselor dalam menggunakan berbagai keterampilan konseling yang telah dirumuskan oleh para ahli sebagai modal untuk memberikan pelayanan bantuan yang berhasil-guna bagi kunci losos; keterampilan komunikasi; konselingKonseling merupakan profesi yang hadir sebagai respon terhadap kebutuhan individu untuk memahami diri, lingkungan, serta hal lain yang terkait dengan kehidupannya. Konseling merupakan sebuah pekerjaan profesional yang dalam pelayanan ahlinya tidak hanya sekadar menerapkan seperangkat prosedur tetap, melainkan selalu berpikir dengan mengerahkan kemampuan akademik yang dikuasainya untuk melakukan layanan konseling Radjah, 2016. Konseling sebagai suatu profesi, berkembang sejak awal tahun 1900-an, dengan kemunculan tiga tokoh utama dalam konseling, yaitu Frank Parsons, Jesse B. Davis dan Clifford Beers Gibson & Mitchell, 2008Gladding, 2012. Pada era sekarang, konseling mengalami perkembangan yang sangat signikan. Beberapa topik bahasan konseling yang menjadi tren terkini di antaranya bagaimana menghadapi kekerasan, trauma dan krisis, perawatan terorganisir, kesejahteraan, keadilan sosial, teknologi, kepemimpinan dan identitas. Di samping itu, konseling juga berhubungan dengan kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, 42 Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 22, 2017, 41–49karier dan kelainan pada orang yang dianggap sehat dan memiliki masalah serius. Layanan konseling berbasis pada teori serta merupakan proses berupa perkembangan dan intervensi Gladding, 2012.Konseling merupakan salah satu cara khusus untuk membantu orang lain yang melibatkan keterampilan tertentu untuk tujuan-tujuan khusus Geldard & Geldard, 2005. Sebagai suatu ilmu, konseling beroperasi dengan memanfaatkan berbagai keterampilan tertentu berdasarkan pendekatan dan teori yang telah tervalidasi. Menurut Glanz Hansen, Stevic & Warner, 1982 konseling bersifat interdisipliner yang mengaplikasikan konsep-konsep dari ilmu psikologi, sosiologi, antropologi, pendidikan, ekonomi dan lsafat. Konseling sebagai suatu ilmu memiliki ikatan disipliner dengan bidang psikologi, sosiologi, antropologi, biologi, kesehatan dan ilmu lainnya Gibson & Mitchell, 2008. Konseling sebagai suatu proses, melibatkan hubungan antara satu individu dengan individu lain, yaitu konselor dan konseli merupakan aspek terpenting yang harus ditekankan dalam memahami profesi ini Hansen, Stevic, & Warner, 1982. Hubungan ini merupakan sebuah proses profesional yang melibatkan dua pihak yang secara bersama-sama dan bersinergi, berusaha mencapai suatu tujuan bersama. Konseling merupakan suatu tipe hubungan khusus antara konselor dengan orang yang membutuhkan bantuannya konseli, yang dapat berbentuk hubungan tatap muka, melalui telepon, surat-menyurat, ataupun dengan bantuan alat elektronik yang memiliki tujuan tertentu Geldard & Geldard, 2005. Kualitas hubungan antara konselor dan konseli tampaknya paling memungkinkan untuk menciptakan pertumbuhan hubungan antar keduanya Corey, 2015. Dengan demikian, konseling melibatkan suatu hubungan profesional yang bersifat memberikan bantuan dan sangat bergantung pada kualitas kepribadian penyelenggaraan praktik konseling, konselor mengandalkan penggunaan sejumlah keterampilan, salah satunya yaitu kemampuan berkomunikasi yang merupakan keterampilan mikro konseling, di samping berbagai keterampilan lainnya Geldard & Geldard, 2005. Menurut Nelson-Jones 2008 terdapat dua kategori utama keterampilan konseling, yaitu keterampilan komunikasi dan bertindak, serta keterampilan pikiran. Keterampilan komunikasi dan bertindak melibatkan perilaku eksternal, dan keterampilan pikiran melibatkan perilaku internal konselor. Keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan utama yang harus dikuasai oleh konselor untuk penyelenggaraan praktik prinsipnya, komunikasi merupakan hal yang paling esensial dalam kehidupan manusia, tidak hanya dalam proses konseling. Dengan komunikasi, individu mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan sosial dan mengembangkan kepribadiannya Zamroni, 2009. Kegagalan individu dalam berkomunikasi menghambat terciptanya saling pengertian, kerja sama, toleransi, dan menghambat terlaksananya norma-norma sosial. Demikian juga apabila dikaitkan dengan konseling, kegagalan atau kesuksesan proses komunikasi berpengaruh besar terhadap perkembangan hubungan konselor dan konseli, serta pengembangan diri dan pengentasan permasalahan konseli. Oleh karena itu, konselor secara berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan tentang keterampilan komunikasi. Pemahaman yang mendalam dapat diawali melalui pengkajian segala sesuatu tentang komunikasi dari sudut pandang loso ini membahas tentang konsep umum komunikasi, dasar lsafat komunikasi, komunikasi sebagai modal dasar hubungan interpersonal, dan komunikasi sebagai landasan keterampilan konseling. Tujuan pembahasan artikel secara umum adalah menyajikan wawasan tentang keteram-pilan komunikasi beserta kajian lsafat yang melandasinya. Secara khusus, artikel ini disajikan sebagai upaya menstimulasi konselor serta calon konselor untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan keterampilan komunikasi yang diperlukan agar dapat menyelenggarakan konseling secara efektif dan e UMUM KOMUNIKASIKomunikasi tidak dapat dipisahkan dari setiap aktitas yang dijalani oleh individu. Eksistensinya jauh menembus ruang dan waktu, untuk tujuan yang sangat bervariasi dan menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Para ahli menyebutkan lebih dari 80% alokasi waktu individu dalam satu hari Hariko - Landasan Filosos Keterampilan... 43 dilakukan dengan berkomunikasi Maulana & Gumelar, 2013. Artinya, komunikasi merupakan salah satu kebutuhan dasar individu yang diperolehnya melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Komunikasi menjembatani informasi dari individu ke individu lain atau merambah ke segala bidang kajian, merasuk, menjadi bagian penting dan ber-senyawa dengan bidang tersebut. Proses persenyawaan yang sangat unik, karena menghasilkan wujud yang akan tidak sama dengan lainnya, tergantung dengan bidang yang menjadi wadahnya. Komunikasi menembus banyak disiplin ilmu Rakhmat, 2000. Sebagai sebuah gejala perilaku, komunikasi dipelajari dan diaplikasikan pada disiplin ilmu psikologi, sosiologi, antropologi, konseling dan lain yang juga dikenal sebagai retorika merupakan ilmu pertama mengenai pernyataan antar manusia yang berkembang di Yunani dan Romawi kemudian berkembang pada dua arah, satu arah menuju ke Jerman menjadi Publizistikwissenschaft yang disingkat Publisistik dan arah kedua menuju ke Amerika Serikat yang berwujud menjadi Communication Science Effendy, 2003. Lebih lanjut disebutkan, retorika sendiri sampai sekarang masih dipraktikkan dalam segala bidang kehidupan, meskipun tidak dilandasi oleh hasil penelitian ilmu-ilmu baru. Dalam sejarahnya retorika merupakan bentuk minat lsafat terhadap komunikasi yang dijual oleh kelompok Sophist kepada orang-orang Yunani Rakhmat, 2000. Lebih jauh dipaparkan, berbeda dengan sosiologi, lsafat meneliti komunikasi secara kritis dan etimologis perkataan komunikasi berasal dari Bahasa Latin yaitu communicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan Zamroni, 2009. Komunikasi berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan Effendy, 2003. Berdasarkan denisi yang dikemukakan ini dapat dijelaskan bahwa komunikasi berkaitan dengan penyampaian sesuatu berupa pesan ataupun pandangan dalam rangka mencari kesamaan pandangan. Dictionary of Behavioral Science menyajikan enam pengertian komunikasi Rakhmat, 2000. Keenam pengertian tersebut, yaitu 1 penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara; 2 penyampaian atau penerimaan sinyal atau pesan oleh organisme; 3 pesan yang disampaikan; 4 proses yang dilakukan satu sistem untuk memengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan; 5 pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan dengan wilayah lain; dan 6 pesan klien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, dapat diartikan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seorang individu kepada individu atau kelompok lain. Proses tersebut berupa penyampaian energi dari alat-alat indra ke otak. Proses tersebut melibatkan beberapa peristiwa, yaitu peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi; saling pengaruh di antara berbagai sistem dalam diri organisme dan di antara FILSAFAT KOMUNIKASISetiap ilmu pengetahuan memiliki kajian lsafat tersendiri Syam, 2010Susanto & Astrid, 1976. Hal ini dapat dimaklumi karena memang pada prinsipnya semua ilmu pada masa lampau berpangkal pada ilmu lsafat. Filsafat merupakan usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya Zamroni, 2009. Filsafat berusaha menjawab pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa lsafat bisa menggunakan bahan-bahan deskriptif yang disajikan bidang studi khusus dan melampaui deskripsi tersebut dengan menyelidiki atau menanyakan sifat dasar, nilai dan kemungkinannya. Filsafat komunikasi menyumbang keterangan kearah opini publik temporal, serta membawa kemajemukan ke domain publik Arnett, 2010. Filsafat komunikasi bergerak pada situasi tertentu, momen tertentu, dan memberikan kontribusi tertentu bagi opini publik. Filsafat komunikasi memungkinkan perbedaan pendapat dengan penulis dan lsafat itu sendiri. Sebagai sebuah konsep, 44 Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 22, 2017, 41–49komunikasi dan informasi sangat erat kaitannya yang juga menandai lebih dari makna konseptual biasa ketika digunakan dalam teori-teori sosial serta dalam teori losos tentang realitas dan kebenaran kehidupan sosial Robillard, 2005. Informasi dan komunikasi yang merujuk pada objek dari realitas yang diamati, selanjutnya akan digambarkan sebagai ontologitas prosedural dari informasi. Sebuah model komunikasi bukanlah menjadi masalah lsafat hanya karena bertujuan untuk kebijaksanaan Heslep, 1998. Komunikasi yang berhubungan dengan kebijaksanaan praktis mung-kin tidak lebih dari kata-kata nasihat ataupun kata-kata yang bersifat argumentatif semata. Ketika komunikasi yang bertujuan untuk memahami adalah diskursif, dia akan menyerupai pidato losos yang cenderung untuk membenarkan pemahamannya. Perbedaan utama antara penalaran praktis dan losos menyangkut berbagai jenis alasan bahwa mereka masing-masing merangkum. Sementara itu argumen praktis harus mencakup alasan fakta situasi tertentu dan konkret. Sesuatu yang bersifat losos tidak perlu menyertakan referensi kepada hal tertentu dan antar pribadi merupakan jenis dari komunikasi yang tidak hanya bersifat linguistik Heslep, 1998. Pemahaman losos dapat dicapai melalui analisis konseptual, pengembangan teori makna, penyelidikan aturan inferensi dan bentuk argumen serta kritik dari argumen. Bagaimanapun, bahasa bukan satu-satunya subjek lsafat interpersonal. Filsafat tersebut juga terkait dengan hal-hal, pikiran, tindakan ataupun kemungkinan tentang komunikasi sangat penting sebagai dasar lsafat Heslep, 1998. Beberapa alasan untuk pernyataan tersebut, yaitu 1 lsafat dan komunikasi berbagi prinsip-prinsip dasar; 2 prinsip-prinsip dasar lsafat berbagi dengan pendidikan sehingga merupakan dasar yang mau tak mau bersifat mutlak, berlaku untuk pendidikan kapan pun dan dimana pun; dan 3 prinsip-prinsip komunikasi adalah substantif serta regulatif bagi pendidikan. Komunikasi menopang dan mengembangkan kebebasan, pengetahuan, sarat tujuan, dan kekonsultatifan yang bersifat memfasilitasi pelaku, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Komunikasi adalah sesuatu yang perlu dipelajari oleh setiap individu, untuk pengembangan satu aliran lsafat yang paling banyak berkontribusi terhadap kajian komunikasi adalah lsafat pragmatisme dengan beberapa tokoh terkenalnya, yaitu Donald Davidson Dresneer, 2006, N. Weiner Robillard, 2005, C. S. Peirce Bregman, 2009, dan William James Arnett, 2010, dengan karakteristik dan penekanan yang tidak identik. Aliran pragmatisme pada beberapa dekade terakhir, memperoleh minat yang sangat besar dalam studi tentang komunikasi. Sebagai salah seorang pendiri dari aliran pragmatisme dan bahasan utama semiotika modern, Peirce seringkali diabaikan oleh ilmuwan yang tertarik dengan ilmu komunikasi. Semiotika Peirce menempatkan penekanan pada isyarat proses kognitif individu Bregman, 2009. Peirce mencela kecenderungan Cartesian yang lebih mengandalkan pada satu urutan argumentasi dan metode buatan dalam bidang lsafat. Peirce berpendapat, janganlah kita berpura-pura dalam lsafat tentang apa yang kita tidak ragu dalam hati kita Bregman, 2009. Peirce menegaskan lsafat tidak seharusnya dimulai dari ide murni yang diibaratkan sebagai pengalaman seorang gelandangan yang berpetualang di suatu jalanan tanpa adanya pemukiman manusia Bregman, 2009. Tetapi lsafat harus dimulai dengan ide-ide yang akrab dan kompleks yang melekat dalam dialog manusia. Selanjutnya Peirce menjelaskan bahwa setiap interaksi komunikasi baik asertif maupun interogatif, terkait dengan sesuatu secara bersama oleh kedua pihak. Kerangka semiotika Peircean menekankan bahwa komunikasi secara samar-samar dan secara umum dapat digambarkan sebagai kompleksitas proses isyarat, dimana pihak-pihak yang terlibat mengacu pada materi tertentu, secara teoritis dikonseptualisasikan sebagai obyek, dengan efek atau konsekuensi tertentu, dirangkum oleh orang yang itu lsafat analitik yang dikembangkan oleh Davidson tentang komunikasi memberikan perhatian lebih terhadap bahasa dan menjadikannya sebagai cabang utama yang menempatkan pertanyaan sentral terhadap makna linguistik Dresner, 2006. Aturan dasar yang dibutuhkan untuk memahami makna linguistik adalah bahwa makna linguistik merupakan komunikasi linguistik interpersonal. Asumsi utama yang disampaikan adalah bahwa bahasa pada Hariko - Landasan Filosos Keterampilan... 45 dasarnya intersubjektif dan oleh karena itu makna linguitik harus benar-benar dapat sepenuhnya dikomunikasikan dalam interaksi linguistik interpersonal. Komunikasi memang didasarkan pada pengamatan empiris Robillard, 2005. Ketika antar individu berkomunikasi, maka mereka secara efektif melakukannya melalui penggunaan bahasa dan/atau perangkat simbolik lainnya, seperti teks, gambar dan uraian yang telah dipaparkan jelas tergambar mengenai dasar lsafat komunikasi. Bidang ini layak menjadi perhatian lebih karena berkaitan erat dengan aktitas keseharian individu. Bagaimanapun setiap individu terlibat dalam hubungan interpersonal yang melibatkan pihak lain, baik secara individual ataupun kelompok. Dalam hubungan tersebut, setiap individu akan berinteraksi melalui komunikasi. Pemahaman terhadap lsafat komunikasi sangat diperlukan oleh setiap individu, utamanya bagi individu pengemban dan pelaksana profesi yang mengharuskan adanya interaksi dengan individu dan kelompok SEBAGAI MODAL DASAR HUBUNGAN INTERPERSONALKomunikasi merupakan hal yang esensial, berpengaruh dan bahkan seringkali menjadi faktor penentu dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan dasar dari eksistensi suatu masyarakat dan menentukan struktur masyarakat tersebut Susanto & Astrid, 1976. Komunikasi merupakan mekanisme ataupun alat dalam pengoperan rangsangan dalam masyarakat. Dengan mekanisme komunikasi, individu dapat memberitahukan dan menyebarkan apa yang dirasakan dan apa yang diinginkannya terhadap individu komunikasi, individu mengembangkan diri dan membangun hubungan dengan individu lain ataupun kelompok. Hubungan individu dengan individu lain akan menentukan kualitas hidup individu tersebut yang dimoderatori oleh efektitas komunikasi yang digunakannya. Tubbs & Moss Rakhmat, 2000Maulana & Gumelar, 2013 menyatakan bahwa komunikasi yang efektif ditandai dengan timbulnya lima hal, yaitu 1 pengertian, penerimaan yang cermat; 2 kesenangan, hubungan yang hangat, akrab dan menyenangkan; 3 memengaruhi sikap, bersifat persuasif; 4 hubungan yang makin baik; dan 5 tindakan, melahirkan tindakan yang fungsi umum komunikasi, yaitu terkait dengan fungsi informatif, edukatif, persuasif, dan rekreatif Yusup, 1989. Fungsi informatif mengacu pada memberi keterangan, data, atau fakta yang berguna dalam segala aspek kehidupan manusia. Di samping itu komunikasi juga berfungsi dalam mendidik masyarakat dalam mencapai kedewasaan. Secara persuasif komunikasi berfungsi sebagai alat untuk membujuk orang lain agar berperilaku sesuai dengan kehendak yang diinginan komunikator. Sedangkan fungsi hiburan dimaksudkan bahwa dengan komunikasi memungkinkan individu untuk menghibur individu dengan fungsi komunikasi sebagai alat persuasi, kemampuan komunikasi dapat digunakan sebagai alat untuk membujuk atau mengarahkan orang lain Maulana & Gumelar, 2013. Komunikasi melalui wujud bahasa dan tanda, memiliki kekuatan untuk memengaruhi dan mengajak orang lain sehingga mengikuti suatu gagasan, ajakan dan model tingkah laku yang ditampilkan oleh komunikator. Komunikasi sebagai alat persuasif merupakan fungsi yang sangat penting dalam hubungan interpersonal. Upaya agar orang lain mematuhi atau mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator, merupakan tujuan komunikasi yang paling umum dan paling sering digunakan Morissan, 2013.Terkait dengan bahasan komunikasi, faktor-faktor yang dapat menyuburkan hubungan interper-sonal, yaitu percaya; sikap suportif; dan sikap terbuka Rakhmat, 2000. Dari ketiga faktor tersebut, faktor percaya merupakan yang terpenting karena sangat menentukan efektitas komunikasi. Faktor percaya akan meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Sikap percaya dalam komunikasi akan berkembang apabila didasarkan pada penerimaan, empati dan kejujuran. Faktor percaya ini secara langsung akan terkait dengan sikap 46 Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 22, 2017, 41–49suportif dan sikap terbuka dalam komunikasi. Menurut Mc. Crosky, Larson & Knapp Efendy, 2003 komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengupayakan ketepatan accuracy yang berderajat tinggi dan empati antara komunikator dan komunikan dalam setiap dalam hubungan interpersonal pada hakikatnya dilandasi oleh beberapa tujuan. Tujuan-tujuan tersebut dapat saja disadari oleh individu, meskipun ada kalanya tidak disadari. Menurut Devito Maulana & Gumelar, 2013, dalam komunikasi interpersonal setidaknya memiliki lima tujuan utama. Kelima tujuan komunikasi interpersonal tersebut yaitu untuk1 proses belajar; 2 membangun hubungan; 3 memengaruhi; 4 bermain; dan 5 menolong. Melalui komunikasi, individu dapat memberikan upaya-upaya yang menenangkan, menghibur, memberi saran dan per-timbangan serta pandangan terhadap orang lain yang memerlukan. Hal ini seringkali digunakan oleh profesi-profesi yang berlandasakan pada upaya pemberian bantuan, seperti bimbingan konseling, psikologi dan antar pribadi dapat dilakukan dengan penyampaian dan/atau penangkapan pesan dalam dua cara utama, yaitu pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal diwujudkan melalui bahasa/linguistik dan pesan nonverbal tergambar melalui isyarat tubuh. Pesan verbal dalam komunikasi berkaitan dengan kata dan makna, serta berbahasa dan berkir Maulana & Gumelar, 2003. Pesan nonverbal mencakup segala ungkapan yang disadari atau tidak disadari dalam bentuk gerak tubuh, isyarat, air muka, nada atau getaran suara, dan tarikan nafas. Dalam komunikasi interpersonal dan antar budaya, kedua jenis bentuk penyampaian pesan ini kadang-kadang menimbulkan sedikit keterbatasan dalam pemahaman. Tetapi hal ini biasanya dapat diatasi dengan pemahaman yang tinggi oleh masing-masing orang yang terlibat dalam komunikasi terhadap makna bahasa non verbal dan SEBAGAI LANDASAN KETERAMPILAN KONSELINGKonselor sebagai salah satu jenis profesi bantuan berada pada posisi yang sangat diminati pada dekade terakhir ini. Berbagai permasalahan yang muncul dalam tatanan kehidupan individu dan bermasyarakat menjadi salah satu alasan dari ketertarikan tersebut. Profesi ini secara profesional diselenggarakan oleh konselor yang bekerja secara perorangan ataupun kelompok. Konselor profesional merupakan seseorang yang menekuni salah satu jenis profesi penolong helper yang terlatih di bidang keterampilan konseling. Konseling adalah salah satu cara untuk membantu orang lain, tetapi ini merupakan cara khusus yang melibatkan penggunaan keterampilan-keterampilan tertentu untuk tujuan-tujuan tertentu/khusus pula Geldard & Geldard, 2005.Tujuan utama menggunakan keterampilan konseling adalah untuk membantu konseli mengem-bangkan keterampilan pribadi dan inner strength kekuatan batin agar mereka dapat menciptakan kebahagiaan di dalam kehidupannya sendiri dan orang lain. Dengan demikian keterampilan konseling digunakan oleh para konselor profesional untuk membantu individu atau kelompok agar memiliki kemampuan secara mandiri memberdayakan dan menolong dirinya sendiri. Hal ini secara langsung berkaitan dengan tujuan akhir proses konseli memberdayakan diri dan menolong diri tersebut dapat melalui wujud pengem-bangan diri maupun upaya melepaskan diri dari permasalahan yang sedang dialaminya. Tujuan utama konseling adalah menolong konseli untuk dapat berubah dalam cara berkir dan/atau dalam tindakan mereka sehari-hari, sehingga terhindar dari konsekuensi-konsekuensi negatif Geldard & Geldard, 2005.Pemakaian keterampilan konseling oleh konselor dibagi menjadi lima tujuan berbeda, yaitu 1 supportive listening, memberi konseli perasaan dipahami dan diarmasi; 2 mengelola situasi bermasalah; 3 problem management; 4 mengubah keterampilan-keterampilan buruk konseli yang menciptakan masalah bagi konseli; dan 5 mewujudkan perubahan falsafah hidup Nelson-Jones, 2008. Tentunya kelima tujuan keterampilan konseling ini diselenggarakan oleh konselor dengan media komunikasi, baik melalui bahasa verbal dalam wujud penyampaian kalimat dan/atau kata- Hariko - Landasan Filosos Keterampilan... 47 kata ataupun melalui isyarat tubuh atau bahasa nonverbal. Kedua jenis keterampilan komunikasi ini mendasari hampir keseluruhan penggunaan keterampilan-keterampilan konseling terbagi menjadi dua, yaitu keterampilan dasar dan keterampilan lanjutan Capuzzi & Gross, 2013. Keterampilan dasar konseling terdiri dari 1 keterampilan penampilan, meliputi kontak mata, bahasa tubuh, jarak, tekanan suara, dan alur verbal; 2 keteram-pilan mendengar dasar, meliputi pengamatan terhadap konseli, perilaku verbal, dorongan, parafrasa dan membuat kesimpulan, reeksi perasaan, dan mengajukan pertanyaan; 3 keterampilan self-attending, meliputi kesadaran diri, humor, sikap non-judgemental terhadap diri, dan sikap non-judgemental terhadap orang lain, asli dan konkret. Sementara itu keterampilan lanjutan terdiri dari 1 keterampilan pemahaman dan penolakan understanding & challenging, meliputi empati tingkat tinggi, keterbukaan diri self disclosure, konfrontasi, dan kesegeraan; 2 keterampilan perilaku, dan 3 keterampilan mengakhiri 2012 menguraikan terdapat empat pengelompokan utama keterampilan yang digunakan konselor dalam proses konseling, yaitu 1 keterampilan dasar terdiri dari mendengarkan, empati dan pemahaman mendalam, serta diam; 2 keterampilan yang biasa digunakan terdiri dari pertanyaan, pengungkapan diri, pemodelan, armasi dan dorongan, serta menawarkan alternatif, memberikan informasi, dan memberikan saran; 3 keterampilan lanjutan yang biasa digunakan terdiri dari konfrontasi, penafsiran dan kolaborasi; 4 keterampilan konseling lanjutan dan spesialis terdiri dari penggunaan metafora, hipnosis, keterampilan strategis, metode restrukturisasi kognitif, narasi dan cerita, terapi sentuhan, paradoxical intention, bermain peran, berbagai teknik visualisasi, dan sebagainya. Secara implisit dapat di cermati bahwa sebagian besar keterampilan-keterampilan yang dikemukakan tersebut, melibatkan kemampuan konselor dalam satu bahasan yang lebih kongkret tentang penerapan sejumlah keterampilan komunikasi dikemukakan oleh Nelson-Jones 2008, yaitu 1 komunikasi verbal; 2 komunikasi vokal; 3 komunikasi tubuh; 4 komunikasi sentuhan touch communication; dan 5 komunikasi mengambil tindakan taking action communication. Komunikasi verbal atau percakapan terdiri atas pesan-pesan yang dikirim oleh konselor kepada konseli dengan menggunakan kata-kata. Dimensi komunikasi verbal meliputi bahasa, isi, frekuensi pembicaraan, dan kepemilikan atas perbendaharaan kata-kata. Dimensi bahasa tidak hanya meliputi jenis bahasa, tetapi juga mencakup elemen seperti gaya bahasa formal dan/atau informal yang digunakan. Misalnya gaya bahasa konselor yang tepat merangsang terwujudnya proses konseling yang konstruktif. Sementara itu, dimensi isi merujuk pada aspek topik dan bidang permasalahan. Isi pembicaraan biasanya berfokus pada percakapan tentang diri sendiri, orang lain atau lingkungan, dan dimensi evaluatif percakapan. Ada kalanya frekuensi pembicaraan lebih didominasi oleh konselor, namun dalam situasi lain kadang didominasi oleh konseli. Dalam hal ini, konselor hendaknya mampu menggunakan perbendaharaan kata yang tepat dan memiliki analisis cermat terhadap perbendaharaan kata yang digunakan konseli Nelson-Jones, 2008. Masing-masing perbendaharaan kata yang digunakan memiliki motif-motif vokal konselor dapat menyampaikan tentang apa yang sesungguhnya dirasakan dan seberapa responsif konselor secara emosional memahami perasaan konseli. Komunikasi vokal mencakup lima dimensi, yaitu volume; artikulasi; nada; penekanan; dan kecepatan berbicara. Konselor hendaknya berkomunikasi dengan suara yang lembut, dapat didengar, dan nyaman didengar. Kejelasan komunikasi konselor tersebut juga bergantung pada pelafalan kata yang diucapkan serta kemahirannya dalam mengatur nada dan rentang pembicaraan. Konselor juga perlu mengatur penekanan-penekanan secara tepat terhadap kata-kata yang digunakan dalam merespon perasaan dan situasi emosional konseli. Kemudian, konselor juga harus mempertimbangkan kecepatan berbicara. Pembicaraan yang terlalu cepat dapat menyulitkan konseli dalam memahami, sebaliknya pembicaraan yang terlalu lambat akan memunculkan kebosanan konseli dalam mendengarkan. Konselor sesekali perlu untuk diam dan berhenti pada saat yang tepat, guna memberi ruang bagi konseli untuk berkir Nelson-Jones, 2008. 48 Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 22, 2017, 41–49Komunikasi tubuh terdiri atas pesan-pesan yang dikirim oleh anggota tubuh, yaitu ekspresi wajah, tatapan, kontak mata, gestur, postur atau posisi tubuh, kedekatan secara sik, pakaian dan cara berdandan. Ekspresi wajah konselor terutama melalui mata dan alis, merupakan wahana utama untuk menyampaikan pesan kepada konseli. Konselor dituntut memandang hanya pada wajah konseli dan senantiasa melakukan kontak mata dengan tepat. Cara pandang ini sekaligus untuk menampilkan ketertarikannya terhadap pembicaraan dan upaya mengumpulkan informasi facial. Dimensi eksternal dari komunikasi tubuh yang juga sangat penting dicermati yaitu pakaian dan cara berdandan. Hal ini berpengaruh terhadap pengungkapan diri konselor dan informasi tentang seberapa baik konselor mengurus diri sendiri. Kategori khusus dari komunikasi tubuh yaitu komunikasi sentuhan yang merupakan upaya mengirim pesan melalui sentuhan sik. Beberapa hal yang perlu jadi perhatian terkait komunikasi sentuhan, yaitu bagian tubuh apa yang digunakan konselor untuk menyentuh, bagian tubuh konseli yang disentuh dan seberapa lembut atau tegas sentuhan tersebut. Terkait dengan jenis keterampilan komunikasi ini, perlu diperhatikan pertimbangan budaya yang dianut oleh masing-masing konseli. Komunikasi mengambil tindakan berupa pesan-pesan yang disampaikan konselor dalam situasi tidak bertatap muka, misalnya mengirimkan catatan tindak lanjut kepada konseli Nelson-Jones, 2008.Dari paparan tersebut, diperoleh gambaran yang luas tentang keterampilan komunikasi yang digunakan dalam penyelenggaraan konseling. Secara garis besar komunikasi tersebut melibatkan aspek verbal, vokal, tubuh, sentuhan dan tindakan, dengan penekanan-penekanan yang spesik pada masing-masingnya. Keterampilan komunikasi konselor merupakan elemen utama dalam penyelenggaraan konseling. Penguasaan keterampilan komunikasi akan mendukung efektitas penggunaan sejumlah keterampilan konseling lainnya dan sekaligus mendorong kesuksesan konselor dalam penyelenggaran dihadapkan pada berbagai tantangan berupa tuntutan untuk membantu perkembangan dan pengembangan individu serta pengentasan permasalahan individu. Dalam upaya untuk meng-hadapi tantangan tersebut, sudah semestinya konselor memperkaya diri dengan kelengkapan pengu-asaan berbagai keterampilan penyelenggaraan konseling. Keterampilan-keterampilan tersebut meru-pakan hasil dari rumusan kajian ilmiah berbagai pendekatan yang bersumber dari multi disiplin konseling yang efektif memanfaatkan sejumlah keterampilan yang tepat dengan spesikasi kebutuhan dan permasalahan konseli. Dalam hal ini, penguasaan keterampilan komunikasi oleh konselor secara langsung berkorelasi dengan efektitas penggunaan sejumlah keterampilan konseling lainnya. Berbagai keterampilan komunikasi tersebut disusun ahli dengan berpijak pada dasar loso komunikasi individu, untuk diberdayakan dalam proses konseling efektif. Beberapa jenis keterampilan komunikasi konselor tersebut, meliputi 1 komunikasi verbal; 2 komunikasi vokal; 3 komunikasi tubuh; 4 komunikasi sentuhan; dan 5 komunikasi mengambil berbagai keterampilan yang tepat menjadi garansi bagi kesuksesan penyelenggaraan konseling. Konselor dan calon konselor dituntut untuk menguasai sejumlah keterampilan konseling, sehingga penyelenggaraan konseling relevan dengan kebutuhan dan permasalahan konseli. Dalam hal ini, penguasaan keterampilan komunikasi oleh konselor merupakan sesuatu yang sangat urgen, karena terkait erat dan/atau menunjang efektitas penggunaan keterampilan-keterampilan konseling lainnya. Penggunaan keterampilan konseling, khususnya keterampilan komunikasi, memberi pe-luang yang lebih besar terhadap harapan keberhasilan penyelenggaraan konseling dengan cara-cara yang lebih efektif dan esien. Hariko - Landasan Filosos Keterampilan... 49 DAFTAR RUJUKANArnett, R. C. 2010. Dening Philosophy of Communication Difference and Identity. Qualitative Research Reports in Communication, 111, 57–62. P., & Susanto, S. 1976. Filsafat Komunikasi. Bandung Bina M. 2009. Experience, Purpose, and the Value of Vagueness On C. S. Peirce’s Contribution to the Philosophy of Communication. Communication Theory, 193, 248–277. D., & Gross, D. R. 2013. Introduction to The Counseling Profession. G. 2015. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Nelson E. 2006. Davidson’s Philosophy of Communication. Communication Theory, 162, 155–172. O. U. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung, PT Citra Aditya K., & Geldard, D. 2005. Practical Counselling Skills An Integrative Approach. Palgrave S. T. 2012. Counseling A Comprehensive Profession. New Jersey Pearson Higher J. C., Stevic, R. R., & Warner, R. W. 1982. Counseling Theory and Process Vol. 23. Allyn & R. D. 1998. Communication as The Absolute Foundation of Philosophy. Educational Theory, 481, 21–32. H., & Gumelar, G. 2013. Psikologi Komunikasi dan Persuasi. Jakarta Akademia M. A. 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor Ghalia R. 2008. Introduction to Counselling Skills Text and Activities. E. 2011. The World of The Counselor An Introduction to The Counseling Profession. Nelson C. L. 2016. Keterampilan Konseling Berbasis Metakognisi. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 13, 90–94. Diambil dari J. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosda J. 2005. Cosmos and History. Cosmos and History The Journal of Natural and Social Philosophy Vol. 1. Cosmos Pub. Cooperative. Diambil dari N. W. 2010. Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung Simbiosa Rekatama P. M. 1989. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional. Bandung Remaja M. 2009. Filsafat Komunikasi Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta Graha Ilmu. ... Seeing the problems faced by students, it is necessary to have counseling services that can be accessed flexibly both offline and online. It is currently known that the development of information and communication technology has had a major influence on counseling services [6]. Online counseling services are known to make it easier for someone who wants to consult but cannot attend in person [3]. ...... Komunikasi merupakan hal yang sangat penting adanya penurunan fisik dari fungsi organ tubuh meliputi fungsi pendengaran, fungsi wicara, dan fungsi penglihatan. Lebih lanjut, adanya perubahan psikologis, sosial, dan spiritual berpengaruh pada kondisi emosional, mood, dan persepsi pada lansia yang terkadang semakin mempersulit lansia dalam berkomunikasi dengan keluarga Hariko, 2017. ... Dewi UtariFerianto FeriantoSuwarno SuwarnoWenny SavitriAged people will experience several changes in all aspects of life including, physical, psychological, spiritual, and social. Their altered condition such as hearing deprivation, loss of vision, or fluctuating emotions will affect how the way they communicate with other family members. Thus, the family should be more concerned regarding this issue, unless they will have ineffective communication. Moreover, it may lead to trigger a conflict among family members. To unravel this problem, an education on effective communication for aged people using a module will help them to improve strategies for managing the elderly's communication problems. This activity involved 67 families with elderly and 7 health volunteers in Kelurahan Patangpuluhan Wirobrajan Yogyakarta. The result showed that education could elevate the score of effective communication among aged people, both family, and health volunteers. However, health volunteers had a higher average score than family... Berkomunikasi merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia Hariko, 2017. Sebagai makhluk sosial, manusia harus berkomunikasi dengan manusia lain guna memenuhi kebutuhan hidupnya. ...Mustakim MustakimBerbicara merupakan salah satu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat berkomunikasi dengan individu lainnya. Hanya saja tidak semua orang mampu berbicara dengan baik, khususnya berbicara di depan umum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan berbicara dalam pembelajaran berceramah pada siswa SMK dengan menerapkan metode mind mapping. Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus penelitian. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini yakni 32 orang siswa SMK. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan metode observasi, tes, angket, dan wawancara. Instrumen yang digunakan yakni tes kemampuan berbicara serta lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata kemampuan berbicara siswa yakni 77,3 yang berada pada kategori baik dan meningkat menjadi 86,5 pada siklus II. Secara klasikal meningkat dari 50% pada siklus I menjadi 84,3% pada siklus II. Selain itu, penerapan metode mind mapping juga mendapatkan respons yang positif. Hal ini ditunjukkan pada data respons siklus I dengan skor 19,03 % dengan kategori positif dan meningkat menjadi 20,8 % kategori positif pada siklus II. Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas tersebut, maka penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa secara efektif.... Dalam mewujudkan lima tujuan tersebut guru harus harus menguasai keterampilan konseling yang berupa Hariko, 2017 ...Septian Kurnia SariEfi Tri AstutiThis study aims to analyze how Islamic counseling guidance deals with student academic stress during the Covid 19 pandemic. Corona Virus Disease 19 or commonly referred to as Covid 19 has affected every line of life without exception in the field of education. The method used in this study is research literature based on scientific articles, books and reports related to the research topic. The results showed that there were several factors behind the occurrence of academic stress in students. Islamic counseling guidance is intended to strengthen the religious nature of students. If a teacher, especially a PAI teacher, has the skills and is able to implement aspects of monotheism, moral aspects, aspects of worship, personal aspects, social aspects and academic aspects of Islamic Counseling Guidance to their students, then the academic stress that is motivated by the problems caused by the Covid 19 pandemic that has caused analyzed from several journals will be resolved slowly. Islamic Counseling Guidance can foster the mental health of students, form a positive personality in accordance with the guidance of the Qur'an and Hadith.... Perkembangan teknologi yang ada telah mempengaruhi segala aspek kehidupan, salah satunya pada layanan bimbingan dan konseling. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah memberi pengaruh besar terhadap layanan bimbingan dan konseling Hariko 2017. Revolusi berdampak terhadap disrupsi di sektor teknologi, hukum, ekonomi, pertanian serta kehidupan sosial lainnya, termasuk sektor pendidikan Firman, 2019. ... Awalya AwalyaIndah LestariUjang KhiyarusolehBoby Ardhian NusantaraPerkembangan teknologi telah mempengaruhi pelayanan bimbingan dan konseling. Penggunaan smart phone berbasis Android dimanfaatkan menjadi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling atau dikenal dengan istilah Cyber Counseling. Cyber counseling dimanfaatkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh kerena itu tujuan pengabdian kepada masyarakat yaitu memberikan pemahaman kepada para guru bimbingan dan konseling dalam memanfaatkan teknologi sebagai media layanan bimbingan dan konseling secara profesional di sekolahnya masing-masing. Kegiatan pelatihan konseling melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat bekerja sama dengan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling MGBK di Kota Semarang dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu identifikasi kompetensi teknologi peserta, pelaksanaan pelatihan, monitoring dan evaluasi pelatihan. Hasil pengolahan instrumen pre- test dan post-test yang diberikan kepada 20 peserta menunjukkan peningkatan. Selanjutnya dianalisis menggunakan uji statisik Wilcoxon untuk mengetahui peningkatan kompetensi secara teori peserta pelatihan menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan dengan skor p = Peningkatan kompetensi cyber counseling dari peserta tidak hanya sebatas teori, malainkan juga dengan pengaplikasian di lapangan dengan bukti wawancara. Lebih lanjut pelatihan cyber counseling memberikan dampak yang baik kepada peningkatan keprofesionalan guru bimbingan dan konseling pada bidang teknologi. Abstract. Technological developments have influenced guidance and counseling services. The use of Android-based smart phones is used as the implementation of guidance and counseling services or known as Cyber Counseling. Cyber counseling is used to optimize the use of technology in guidance and counseling services. Therefore, the purpose of community service is to provide understanding to guidance and counseling teachers in utilizing technology as a medium for professional guidance and counseling services in their respective schools. Counseling training activities through community service activities in collaboration with the Guidance and Counseling Teacher Consultation MGBK in Semarang City are carried out in three stages, namely identification of participants' technological competencies, implementation of training, monitoring and evaluation of training. The results of processing the pre-test and post-test instruments given to 20 participants showed an increase. Furthermore, it was analyzed using the Wilcoxon statistical test to determine the increase in theoretical competence of the trainees showing that there was a significant change in the score p = The increase in cyber counseling competence from participants is not only limited to theory, but also by field application with interview evidence. Furthermore, cyber counseling training has a good impact on increasing the professionalism of guidance and counseling teachers in the technology field.... Hal ini dikarenakan penyuluh pertanian saat melakukan kegiatan penyuluhan melakukannya dengan baik. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hariko 2017 bahwa dalam melakukan kegiatan penyuluhan, penyuluh hendaknya berkomunikasi dengan suara yang lembut, dapat didengar dan nyaman didengar. Keterampilan komunikasi vokal penyuluh rendah dengan presentase 20,93% pada indikator penyampaian materi yang disampaikan dilakukan dengan suara yang kurang jelas dan kurang terciptanya suasana santai. ...The agricultural sector is one of the important sectors in national economic development. Participation of farmers both individually and in groups with full awareness and responsibility in the field of agricultural business is indispensable to create changes that can improve the welfare of farmers. To increase farmers' participation, the role of agricultural extensionists is very important. This research aimed to knowed the level of communication skills of extension workers, the level of participation of farmers and to know the relationship of communication skills to the participation of farmers in rice paddy extension activities in wonua monapa village pondidaha district konawe. Sampling is determined randomly or simple random sampling with the number of samples as many as 43 respondents rice paddy farmers. The techniques of data analyzed used to determine extension communication skills and farmer participation are measured using a likert scale and then analyzed using a class interval formula and to find out the relationship of extension communication skills to farmer participation using spearman rank correlation formula. The results showed that the communication skills of extension workers with a moderate category with a percentage of the participation of farmers with a moderate category with a percentage of Rank Spearman's correlation test results showed that extension communication skills with farmers' participation in rice paddy extension activities showed significance or Sig value. 2-tailed of so Ha was accepted. That is, the improved communication skills of extension workers, the participation of farmers will also increase.... Seperti dalam proses bimbingan konseling, interaksi adalah sebuah media yang dapat digunakan agar kegiatan tersebut dapat berlajan sebagaimana mestinya. Interaksi dengan kegiatan bimbingan konseling adalah satu kesatuan yang tidak terlepaskan Hariko, 2017. Kita tahu bahwa interaksi berisi sebuah pesan-pesan yang dapat mempengaruhi satu individu dan individu yang lain. ...Tri Diyah LestariIsbandiyah IsbandiyahThe purpose of the study was to identify social conflicts with socio-emotional nuances and to resolve them in the personal-sosial counseling perspective that occurred in the people of Bumisari Natar Village, Lampung. The research method uses descriptive qualitative methods. There are 6 people as sources of research data who are considered to have sufficient knowledge about the problems in this study. Collecting data with the method of observation, interviews, and documentation. Analysis of the data using the interactive analysis of the Milles and Hubarman model which consists of steps of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that the solution to sosial conflict resolution could be done through personal sosial guidance with the help of village officials and sosial workers. It begins with the planning, implementation, evaluation and follow-up stages, both individually and in groups. Conclusion The research shows that the cause of sosial conflict is the existence of non-realistic conflict factors such as feelings of envy, irritability, the presence of a third party who pits each other, incitement, backbiting, envy, unruly, and sosial jealousy. Keywords Social Conflict, Social Interaction, Society... Konseling merupakan profesi yang hadir sebagai respon terhadap kebutuhan individu untuk memahami diri, lingkungan, serta hal lain yang terkait dengan kehidupannya Hariko, 2017. Konseling sebagai profesi berupaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya Nurihsan, 2014. ...Khadijah LubisRia HayatiRizki NovirsonCounseling services that are effective and on target are needed by counselors. Ideally, counselors should have insight, and skills in implementing creative and innovative counseling techniques. There are still counselors who have minimal knowledge and skills regarding counseling techniques. One of them is the assertiveness training technique in the group format, which is one of the recommended behavior counseling techniques to improve individual interpersonal competence. The steps for implementing assertiveness training are 1 rational strategy, 2 identification of situations that cause problems, 3 exploration, 4 role-playing, giving feedback, and better behavioral models. 5 carry out exercises and practice, 6 repeat the exercises, 7 do homework and follow-up, and 8 terminate. This implementation shows that group format assertiveness training can be implemented in counseling services to alleviate problems and improve individual interpersonal skills. Therefore, counselors are expected to improve their skills and apply group format assertiveness training in counseling services that are effective and on target are needed by counselors. Ideally, counselors should have insight, and skills in implementing creative and innovative counseling techniques. There are still counselors who have minimal knowledge and skills regarding counseling techniques. One of them is the assertiveness training technique in the group format, which is one of the recommended behavior counseling techniques to improve individual interpersonal competence. The steps for implementing assertiveness training are 1 rational strategy, 2 identification of situations that cause problems, 3 exploration, 4 role-playing, giving feedback, and better behavioral models. 5 carry out exercises and practice, 6 repeat the exercises, 7 do homework and follow-up, and 8 terminate. This implementation shows that group format assertiveness training can be implemented in counseling services to alleviate problems and improve individual interpersonal skills. Therefore, counselors are expected to improve their skills and apply group format assertiveness training in counseling services.... Saaranen, T., Vaajoki, A., Kellomäki, M., & Hyvärinen, 2015 Lack of communication skills among students can also cause some negative impacts.Hariko, 2017 Individual failure to communicate hinders the creation of mutual understanding, cooperation, tolerance, and hinders the implementation of social norms.Meutia, T., Harefa, J. A., Wijayanti, S., & Saragi, 2002 stated that students also need public speaking skills to improve student integrity.Rosmalia, ...Wildani Auza SuroyaIka Sandra DewiThis research was carried out based on the phenomena that exist among students, the problems that occur in students are toxic friendship communication, so to see how high the behavior is, the researchers conducted research at the Muslim Nusantara University Al-Washliyah. Problems that can be seen from the friendships made by students both in terms of speech and actions. Such as not wanting to lose to friends, not respecting opinions, depending on others, stubbornness and lack of empathy for fellow students. This research was shown after the treatment was given to 8 students. Counseling services as a form of treatment that researchers provide to see if there is a decrease in toxic friendship communication behavior in students. The real effect is obtained from the results of the linear regression test that the researchers did to find out whether there is an influence by providing group counseling services with a reality approach to toxic friendship communication. to predict the communication variable toxic Hifsy Rezki HarikoYeni KarneliKonseling adalah pelayanan bantuan oleh tenaga profesional kepada seorang atau sekelompok individu untuk pengembangan KES dan penanganan KES-T dengan fokus pribadi mandiri yang mampu mengendalikan diri melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung dalam proses pembelajaran. Kemudian, konseling yang kondusif adalah pelayanan yang diberikan oleh konselor kepada klien untuk pengembangan KES dan penanganan KES-T dengan tenang atau tertib. Nah, pada proses konseling yang terjadi saat ini banyak yang tidak kondusif. Karena dalam proses nya tidak kondusif. Maksudnya adalah dalam proses konseling, teknik-teknik konseling seperti attending, listening dan structuring tidak di implementasikan dengan efektif oleh konselor. Untuk itu, diperlukan konseling yang kondusif melalui pengimplementasian teknik-teknik dasar konseling konseling Attending, Listening dan Structuring. Metode yang digunakan pada jurnal ini ialah Literature Review. Eli DresnerDonald Davidson, one of the main figures in 20th-century analytic philosophy, can be justifiably described as a philosopher of communication. In the first part of this paper, a key concept in Davidson’s philosophy—radical interpretation—is presented and explicated. Then, the second part shows how this notion bears upon key issues and problems in communication theory. It is argued that Davidson’s ideas provide support for a constitutive view of communication and that his account of the relation between communication and social convention promotes the unity of communication as a field of research. The final part of the paper discusses the ramifications of radical interpretation for the domain of intercultural GeldardDavid GeldardThis book is an excellent course text for training new counsellors in basic and more advanced counselling micro-skills which come from a number of therapeutic approaches. It enables new trainees to learn how to integrate these skills within a sequential counselling process. It is an easy to read introduction to counselling which teachers will find particularly useful because it contains the following - A wide variety of examples to illustrate each counselling micro-skill - Practice examples of client statements for students with suggested counsellor response - Client statements, without solutions, for use by teachers in helping students to learn particular micro-skills - An explanation of the therapeutic approaches related to particular micro-skills - A description of a sequential integrative process which enables students to make informed choices about which skills to use at particular stages of the counselling process - A discussion of the way to combine skills to facilitate change - A discussion of a number of practical issues including cultural and ethical issues, the counselling environment, keeping records, the need for supervision, and the need for the counsellor to look after themselvesRonald C. ArnettThis article defines philosophy of communication as an emerging option in the doing of qualitative research in communication, differentiating its identity from philosophy proper. Philosophy of communication, in its commitment to questions of meaning and understanding, illuminates communicative understanding and meaning in the engagement of qualitative research in communication. Mats BergmanRecent decades have witnessed a growth of interest in the contribution of pragmatism to the study of communication. Yet, it is striking that C. S. Peirce, the founder of pragmatism and the father of one of the major strands of modern semiotics, is often ignored by communication scholars sympathetic to pragmatism. In this article, I explore some of the reasons for this neglect, and put forward the case for a recovery of some of the philosophical tools that Peircean pragmatism can provide for communication to The Counseling ProfessionD CapuzziD R GrossCapuzzi, D., & Gross, D. R. 2013. Introduction to The Counseling Profession. Teori dan Filsafat KomunikasiO U EffendyEffendy, O. U. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung, PT Citra Aditya Bakti. Samahalnya seorang guru BK atau konselor menyampaikan sesuatu hal yang berkaitan dengan bimbingan yang diawali dengan komunikasi. 2. Macam-macam komunikasi a. Komunikasi intrapersonal: Penyampaian pesan seseorang kepada dirinya sendiri. b. Komunikasi interpersonal: Proses pertukaran informasi atau pesan dari seseorang 1. Berikan contoh bagaimana konseling gizi berjalan dengan baik dan apa yang disampaikan dapat tersampaikan? Arfin Eka Septiawan Jawab ü Contoh konseling berjalan dengan baik yaitu apabila seseorang pasien/klien telah memahami dan menerapkan diet yang di jelas kan oleh konselor. ü Untuk mengetahui bahwa klien/pasien sudah memahami apa yang konselor jelaskan yaitu konselor bisa meminta klien/pasien untuk mengulangi poin-poin yang penting bagi proses diet klien/pasien. 2. Dari berbagai media pembantu dalam konsultasi menurut anda media apa yang paling efektif? Andini Dhea Jawab Menurut saya media yang paling efektif adalah food model dan leflet. Karena pada media food model konselor bisa menunjukkan langsung kepada klien/pasien jenis makanan yang harus dikonsumsi dan yang tidak boleh dikonsumsi beserta jumlah porsi makanan tersebut. Kemudian pada media leaflet konselor bisa memperlihatkan lansung kepada klien/pasien mengenai informasi tentang diet yang sedang di jalankan oleh pasien/klien dan leaflet juga bisa dibawa pulang oleh klien sebagai bahan bacaan untuk proses penerapan diet klien. 3. Bagaimana bentuk monitoring evaluasi apabila konsultasi gizi dilakukan via alat komunikasi? Widya Musliha Jawab Bentuk monitoring di sesuaikan dengan kendala pasien/klien, kemudian meyakinkan pasien/klien mengenai masalah yang dihadapi, tetapi jika pasien/klien tersebut belum yakin dengan jawaban konselor via alat komunikasi, pasien/klien bisa membuat jadwal untuk melakukan konseling secara tatap muka. 4. Apa saja keahlian konselor sehingga klien tertarikpada koselor ? Nurhayati Simarmata Jawab Keahlian seorang konselor yaitu selain memahami materi yang akan di sampaikan konselor juga harus memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati,sabar, menepati janji, dapat dipercaya, jujur, tertib, dan hormat sehingga klien tertarik untuk datang kembali kepada konselor. 5. Bagaimana menghadapi klien yang susah menjalankan intervensi gizi saat konseling gizi ? Umi Rahman Jawab Cara mengahadapinya yaitu dengan memberitahukan kepada klien bahwa biaya untuk konsultasi lumayan mahal jadi jangan menyia-nyiakan waktu tesebut. 6. Bagaimana cara menggali data pada pasien yang sudah tua dan sulit berkomunikasi? Nur Aida Jawab Cara menggali data pada pasien yang sudah tua yaitu dengan cara menanyakan kepada pendamping pasien. karena pendamping pasien mengetahiu segala sesuatu mengenai pasien tersebut. 7. Dilihat darimanakah tingkat kefektifan konseling gizi rawat jalan?Rafika Silvana Jawab Tingkat keefektifan konseling gizi rawat jalan bisa dilihat klien/pasien yang telah memahami dan menerapkan diet yang telah disampaikan oleh konselor. MataAjaran : Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan Penanggung Jawab Mata Kuliah : Dyah Muliawati, S.ST Bobot : 2 SKS /Teori =1; Praktik=1 Konselingadalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut ( .