🎊 Do The Best Let God Do The Rest Artinya

artialways cute. arti always dalam bahasa gaul. arti always dandelions. arti always days. arti always do my best. arti always do your best. arti always do your best and let god do next. arti always do your best and let god do the rest. arti always dreaming.
Do The Best Allah Do The Rest. Dengan perasaan sedih ia beranjak dari hadapan nabi musa as. Do best allah will do the Carson Quote “Do your best and let God do the rest from best allah will do the rest. All we have to do is our best and he will do the rest. Qasim ali shah is talking about allah's will and we have to surrender to his Do The Best, And Let God Do The Rest. AdalahDo best allah will do the rest. Indeed nor lose hope in the mercy of allah except the most ungrateful people. Karena apa yang allah takdirkan untukmu,.Do Your Best & Allah Will Do The this sentiment is certainly present in a number of bible verses. Pages media books & magazines book do your best & allah will do the rest english us español português brasil français france deutsch privacy terms advertising ad. We should do our best and then hope for the rest and hope to allah for t.“Do Your Best And Let God Do The Rest.” There Is No Exact Bible Verse That States do your best and let allah do the rest from the story islam and my thoughts by saraakhtar9699 sarah akhtar with 652 reads. “do the best and god will do the rest… ” kerjakan yang terbaik, tuhan akan mengerjakan sisanya. Qasim ali shah is talking about allah's will and we have to surrender to his Are Constantly Confronted With Issues And Problems, Which Often Derail Us From Appreciating The Purpose Of Life And Its the best, let allah do the rest glory of a teacher teacher is someone who teach and educate students profesionally in school, with certain qualifications and several main tasks are to educate, to teach, to guide, to train or to practice, to assess, and evaluate the students. Kami semua sebagai anak, menantu, cucu, cicit, saudara, tetangga dan kerabat insya allah akan senantiasa mendo'akan yang tebaik untuk mbahkung. Home / quotes / do your best, allah will handle the Translation Of Do You Best And Allah Will Do The Rest Into just have to trust him and be patient. I spend the night thinking about the future.”. Try your best and leave the rest to him.
\n \n\n \n \ndo the best let god do the rest artinya
B CONTOH - CONTOH MOTTO HIDUP DALAM BAHASA INGRIS DAN ARTINYA Do the best and pray. God will take care of the rest. (Lakukan yang terbaik, kemudian berdoalah. Tuhan yang akan mengurus sisanya.) There is no limit of struggling. (Tidak ada batasan dari perjuangan.)
The Best and The Rest Salah satu pepatah Kristen popular yang digemari banyak orang berbunyi Do your best and God will do the rest. Sangat motivasional, bukan? Namun, setelah saya merenungkannya dalam-dalam, kalimat indah ini menyimpan sebuah teologi yang buruk. Pertama, ia membalik paradigma berpikir Kristen yang paling penting Allah pertama, manusia terkemudian. Di dalam pepatah ini, Allah akan will melakukan karya-Nya setelah kita bekerja; Ia akan melakukan sisa pekerjaan kita, yang sudah kita kerjakan sebaik mungkin. Kedua, the rest yang Allah akan lakukan adalah “sisa” dari semua yang sudah sebaik mungkin kita lakukan. Allah bergantung pada seberapa banyak dan seberapa baik kita bertindak. Sisanya, bisa banyak dan bisa sedikit, menjadi jatah Allah. Karena itu, saya mengusulkan perbaikan total atas pepatah popular tersebut Do the rest because God does the best. Allah sudah, sedang, akan selalu melakukan yang terbaik. Dan yang terbaik tentu saja menurut pandangan Allah. Seorang penulis yang saya lupa namanya kira-kira mengatakan, “Seandainya jarak Allah dan manusia adalah langkah, maka Allah sudah berjalan menuju kita 999 langkah dan Ia mengundang kita untuk mengambil langkah terakhir.” Seorang mistikus Kristen lain berkata dengan nada yang kurang-lebih sama Every time you take one step toward God, God takes a thousand steps toward you. Kita sesungguhnya hanya mengerjakan “sisa” pekerjaan Allah, yang memang Allah khususkan bagi manusia. Ia bisa mengerjakan semuanya, tanpa sisa, jika Ia mau. Tetapi, Allah tak mau melakukannya, karena Ia memang rindu mengundang manusia–Anda dan saya–untuk berpartisipasi ke dalam karya Allah itu. Bahkan “sisa” tersebut pun sudah cukup membuat seluruh hidup kita disibukkan luar biasa; karena itu adalah “sisa” yang Allah izinkan hadir dalam hidup kita. Namun, “sisa” tersebut juga tidak akan melampaui kemampuan kita, sebab Allah tak pernah memberi keharusan pada manusia yang tak dapat dilakukan manusia. Ought implies can; harus mengandaikan dapat. Apa yang harus kita lakukan pasti dapat kita lakukan. Karena itu, sekalipun bagian kita adalah “sisa,” do the rest as best you can. Dan apa yang terbaik yang dapat kita lakukan untuk menggarap “sisa” itu adalah dengan berpartisipasi ke dalam karya Allah itu, ke dalam misi Allah. Ada tiga catatan penting yang harus kita renungi. Pertama, dalam bahasa Inggris, rest memiliki dua arti. Pertama, “istirahat”; kedua, “sisa.” Dalam pepatah yang saya revisi di atas, tentu arti kedualah yang dimaksudkan. Sayangnya, banyak orang Kristen yang memakai arti pertama dalam hidupnya. Allah bekerja dan kita santai-santai saja. Kedua, “sisa” yang dipercayakan kepada kita tidak berarti tanpanya karya Allah tidak akan tuntas. Tanpa kita, sebaik apa pun pekerjaan kita, Allah bisa melakukan semuanya. Namun, ia mengizinkan kita melakukannya, karena Allah menghargai kita. Jadi, kita memang tidak bisa mengambil kredit untuk diri kita sendiri. Soli Deo gloria. Ketiga, dengan memberi kesempatan kepada kita untuk mengerjakan “sisa” karya-Nya, Allah memilih untuk mengambil jalan inefisiensi. Sama tidak efisiennya dengan perjalanan empat puluh tahun di padang gurun; sama tidak efisiennya dengan keputusan mengambil rupa seorang hamba di dalam Yesus dari Nazaret ketimbang langsung saja menghukum atau mengampuni dunia. KISAH TENTANG TANAH DAN LUDAH Yohanes 91-7 secara indah menggambarkan pemahaman spiritual di atas. Kisah dimulai dengan sebuah penjelasan yang sekalipun deskriptif namun menyimpan banyak makna, “Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya” ay. 1. Yesus “sedang lewat;” Ia tidak secara sengaja dan khusus mendatangi orang yang buta sejak lahir itu. Namun, perjumpaan biasa itu menjadi awal dari pengalaman luarbiasa bagi si buta. Banyak berkat dialami justru melalui peristiwa lazim sesehari. Di dalam rutinitas kita melakoni detak jam hidup sepanjang hari kronos, tak jarang tersedia kesempatan kairos yang bakal berlalu jika tak ditangkap dengan cermat. Lantas, perjumpaan itu melahirkan percakapan antara para murid dan Yesus. Para muridlah yang memulai percakapan itu dengan sebuah pertanyaan yang sama sekali tidak empatis. Si buta dijadikan sebuah case study untuk diskusi teologi yang berat–sebuah diskusi yang dilakukan di depan orang buta tersebut. Pertanyaan tersebut adalah, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orangtuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” ay. 2. Bagaimana perasaan Anda jika Anda menjadi si buta itu? Seluruh persoalan hidup menanggung dunia yang gelap makin menghimpit karena justru sekarang dipertanyakanlah asal-muasal seluruh penderitaannya dosanya sendiri atau dosa orangtuanya? Fokus para murid adalah dosa masa lalu. Dan ini berbeda dari Yesus yang memfokuskan diri pada masa depan si buta dan terlebih lagi pada misi Allah. Itu sebabnya, Yesus kemudian menjawab “Bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” ay. 3. Seakan-akan, Yesus ingin mendidik para murid-Nya untuk tak usah terlalu peduli pada siapa yang berdosa di masa lalu, karena kerumitan-teologis itu bisa menghalangi kita untuk peka pada pekerjaan Allah yang memberi masa depan. Mari kita perhatikan juga ucapan Yesus selanjutnya di ayat 5 “Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Ternyata, kalaupun Yesus berkata bahwa pekerjaan-pekerjaan Allah harus nyata “di dalam dia” personal, tindakan Allah bagi setiap orang harus diletakkan dalam perspektif seluruh dunia global, sebab Yesus adalah “terang dunia.” Artinya, pengalaman rohani yang personal hanyalah bagian kecil dari karya Allah bagi seluruh dunia ini. Jika sebuah pengalaman rohani yang personal menghalangi kesadaran global kita, pengalaman rohani tersebut mudah bergeser menjadi sebuah egosentrisme yang berbahaya. Sebelum menyatakan diri sebagai “terang dunia” ay. 5, Yesus memaparkan sebuah kebenaran yang menyibakkan rahasia misi Allah itu “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku…” ay. 4a. Terdapat tiga kata ganti yang menjadi kunci pemahaman kita, Dia dan Aku. Pertama-tama, “Dia” Sang Bapa mengutus “Aku” Yesus. Misi Allah adalah misi Trinitaris. Yesuslah yang diutus Sang Bapa. Yesuslah pusat dari seluruh karya Allah bagi dunia. Bukan gereja. Akan tetapi, Yesus yang diutus Sang Bapa itu lantas berkata, “Kita harus mengerjakan…” Ia mengundang kita, mengikutsertakan kita, mengizinkan keterlibatan kita. Tanpa kita misi Allah melalui Yesus tetap berjalan. Lebih efisien, malah. Namun misi ilahi itu kini sekaligus menjadi misi insani, ketika manusia diundang untuk berpartisipasi ke dalamnya. Dengan ongkos yang tak murah, sebab yang diikutsertakan ternyata adalah manusia yang dengan mudah dapat membebani misi Allah itu, serta membuat misi Allah itu tak berjalan secara efektif. Tetapi keputusan Yesus ini adalah keputusan cinta-kasih, karena Ia percaya bahwa manusia memang perlu dipercaya. Jadi, setiap kali kita terlibat di dalam misi Allah, ingatlah baik-baik bahwa pekerjaan ini milik Allah, bukan milik kita. Keterlibatan kita ini terjadi karena anugerah, bukan karena kemampuan kita. Prinsip dasar ini diadegankan oleh Yesus melalui prosedur panjang yang inefisien 6 Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi 7 dan berkata kepadanya “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam.” Siloam artinya “Yang diutus.” Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek. ay. 6-7 Tanah dan ludah menjadi alat penyembuhan; namun, alat yang kotor dan menjijikkan. Pada dirinya sendiri tanah dan ludah bukanlah apa-apa nothing. Namun di tangan Yesus, keduanya menjadi sesuatu something yang berperan dalam proses penyembuhan. Tidak ada kualitas apa pun dari tanah dan ludah yang mengubahnya dari nothing menjadi something. Demikian juga, tidak ada kualitas apa pun dari manusia yang dapat mengubahnya dari nobody menjadi somebody. Sama halnya, tidak ada apa pun di dalam diri manusia yang dapat membuat misi Allah berjalan secara baik dan tuntas. Jadi, Yesus memakai tanah dan ludah untuk mengilustrasikan posisi para murid-Nya di dalam misi Allah itu. “Kalian sama seperti tanah dan ludah ini,” demikian kira-kira yang hendak disampaikan oleh Yesus. Tidak cukup prosedur yang sudah cukup inefisien ini, Yesus melanjutkan proses panjang penyembuhan ini dengan menyuruh si buta itu membasuh diri ke dalam kolam Siloam. Secara sengaja, penulis Injil Yohanes memunculkan arti dari Siloam, yaitu “yang diutus.” Tanpa kolam Siloam itu, Yesus mampu menyembuhkan si buta. Namun, sekali lagi, sama seperti tanah dan ludah sebelumnya, kolam Siloam menjadi instrumen penyembuhan, sekalipun inefisien, demi menunjukkan bahwa para murid Yesus “diutus” oleh “Sang Utusan” Yesus itu sendiri. Peran ludah, tanah dan kolam Siloam hanyalah “1 langkah” dibanding “999 langkah” yang sudah, sedang dan akan dilakukan oleh Allah di dalam Yesus. Satu langkah itu pun merupakan sebuah apresiasi Allah atas manusia yang dicintai-Nya. Sebesar apa pun karya seorang anak manusia, ia hanyalah ludah dan tanah. Ayat 4 belum kita refleksikan secara tuntas. Sebab, Yesus juga berkata, “… akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja” ay. 4b. Yesus mengajarkan sebuah prinsip kemendesakan. Pekerjaan yang dapat kita lakukan mendesak untuk dilakukan. Maka, dibutuhkan sebuah sense of urgency. Dan, karena itu, hargailah undangan Yesus yang Anda dengarkan untuk berpartisipasi ke dalam misi Allah itu. Ketika “malam” itu datang, maka bukan hanya tak ada lagi kesempatan kairos bagi kita, waktu hidup kronos kita pun pudar. Dan ketika keduanya hilang bagi kita secara pribadi, misi Allah di dalam Yesus tetap berjalan–tanpa kita. Maka, ingatlah apa yang sering disebut sebagai Wesley’s Rule Do all the good you can, By all the means you can, In all the ways you can, In all the places you can, At all the times you can, To all the people you can, As long as you ever can. SEBERAPA SPESIFIK? Seberapa spesifiknyakah panggilan Allah di dalam hidup kita? Seberapa spesifiknyakah Allah merancang/merencanakan peran yang dapat kita mainkan di dalam misi Allah itu? Pertanyaan sukar ini menghantui banyak sekali teolog sepanjang zaman. Izinkan saya memaparkan pandangan saya dalam beberapa poin. Panggilan Allah seluas dunia. Tidak boleh ada pemisahan antara yang sekular dan yang sakral. Karena misi Allah terarah pada dunia, maka seluruh pekerjaan dapat menjadi wujud penghayatan kita akan panggilan Allah. Menjadi seorang pendeta sama kudusnya dengan menjadi seorang sopir taksi. Yang menguduskan sebuah pekerjaan bukanlah jenis pekerjaan itu namun Allah itu sendiri. Justru pekerjaan-pekerjaan sekularlah yang pertama kali dicatat di dalam Alkitab sebagai pekerjaan yang dipenuhi oleh Roh Kudus Kel. 283; 313; Kel. 3531. Alkitab memang mencatat beberapa orang tertentu yang secara spesial ditugasi Allah untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Namun, tidak ada indikasi apa pun di dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Allah menugasi secara sangat spesifik setiap orang memperoleh panggilan khusus. Panggilan Allah secara umum berlaku untuk semua orang, yaitu melakukan misi Allah bagi dunia. Tugas kitalah secara pribadi untuk secara unik merespons panggilan umum ini dengan memutuskan pekerjaan apa yang kita pilih, sesuai dengan bakat, talenta, karunia, keprihatinan-sosial, keterbatasan dan lain sebagainya yang kita miliki. Tak ada pekerjaan yang terlalu remeh hingga direndahkan Allah; tak ada pekerjaan yang terlalu mulia hingga Allah membutuhkannya bdk. Mat. 2521, 23. Seremeh atau semulia apa pun sebuah peran di mata kita, semuanya hanyalah ludah dan tanah. Integritas, kesetiaan dan kegembiraan dalam mengerjakannyalah yang lebih penting. Bukan jenis pekerjaan atau produk yang dihasilkannya. Douglas James Schuurman, dalam bukunya, Vocation Discerning Our Callings in Life 2004, menunjukkan sebuah prinsip yang sangat menarik. Maka, setiap saat seorang Kristen menunjuk pada wilayah-wilayah tertentu seperti pasangan hidup, orangtua, teman, warganegara, pengacara, pendeta dan sebagainya, sebagai panggilan, orang Kristen itu ditantang untuk menafsirkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam wilayah-wilayah itu dalam terang panggilan untuk mencintai Allah dan sesama. Jika tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban di wilayah-wilayah itu melayani sesama, mereka harus dipandang “seperti untuk Tuhan.” Tindakan melakukannya merupakan sebuah respons yang penuh iman pada panggilan Allah di dalam situasi khusus seseorang. Jika tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban di wilayah-wilayah itu melukai sesama, mereka harus ditolak demi Tuhan, yang telah mati bagi semua orang. Wilayah-wilayah tersebut harus diubahkan, jika mungkin, sehingga semuanya memungkinkan aksi-aksi yang melayani sesama. Seseorang tidak dipanggil untuk menjadi seorang Kristen “secara umum;” seseorang dipanggil untuk menjadi seorang Kristen di dalam lokasi sosial yang khusus yang saat ini dijalaninya, sebagaimana seorang ibu pada anak-anaknya, seorang warganegara pada negaranya dan sebagainya. Seseorang tidak sekadar dipanggil untuk menjadi seorang istri, seorang suami, atau seorang montir; seseorang dipanggil untuk menjadi seorang istri, seorang suami, atau seorang montir sebagai seorang Kristen “di dalam Tuhan.” Kewajiban-kewajiban khusus merupakan panggilan sejauh panggilan untuk menjadi seorang Kristen diwujudkan melaluinya. Joas Adiprasetya joyful weekend 15 Oktober 2010 Do the best and God will do the rest " Kerjakan yang terbaik, Tuhan akan mengerjakan sisanya. merupakan salah satu kalimat motivasi yang cukup populer, yang artinya lakukanlah yang terbaik, maka setelahnya (sisanya) menjadi bagian (urusan) pekerjaan Tuhan (untuk menyempurnakannya). Wah, mantap betul. “Do the best and God will do the rest…” Kerjakan yang terbaik, Tuhan akan mengerjakan sisanya. merupakan salah satu kalimat motivasi yang cukup populer, yang artinya lakukanlah yang terbaik, maka setelahnya sisanya menjadi bagian urusan pekerjaan Tuhan untuk menyempurnakannya. Wah, mantap betul. Ketika menghadapi kebuntuan, entah itu di dalam masalah pekerjaan, kesehatan, komunikasi antar anggota keluarga, atau yang lainnya, di mana kita tidak bisa menyelesaikannya, maka Tuhan akan menyelesaikannya secara ajaib’, asal kita sudah berusaha maksimal lebih dulu. Maka sebagai orang beriman, kita akan mengaminkan kalimat ini. Bukankah ini yang disebut mujizat? Akan tetapi, kalimat ini juga membawa dampak yang kurang baik kepada pemahaman teologis kita? Apa saja itu? Pertama, konsep do the best di awal, mengesankan manusia berusaha lebih dulu baru Tuhan yang menyelesaikan. Ini menunjukkan kita sedang menempatkan peran manusia menjadi lebih besar daripada peran Tuhan. Karena Tuhan ditempatkan hanya sebagai penyelesai. Ia tidak terlibat sepenuhnya dalam proses pekerjaan manusia tersebut. Padahal, kita tahu bahwa Tuhan selalu berada di awal dan selalu terlibat dalam setiap segi kehidupan, tetapi kitalah yang selalu melupakan-Nya di dalam setiap perencanaan. Sehingga ketika menemui jalan buntu, Tuhan yang dijadikan bamper untuk menyelesaikannya. Menempatkan Tuhan seharusnya selalu di awal dan menjadi prioritas ketika sedang menjalankan sesuatu. Kedua, kalimat itu juga memberi kesan manusia yang mengatur Tuhan. Sehabis do the best, ketika segala sesuatu sudah dilakukan dan menemui jalan buntu, maka Allah harus bertanggung jawab untuk menyempurnakannya. Padahal bisa jadi peristiwa yang sedang dialami saat ini, merupakan sebuah kesalahan yang kita lakukan. Lalu dengan mudahnya meminta Tuhan menyelesaikannya. Eits… tunggu dulu. Ini bukan seperti perlombaan lari estafet, di mana Tuhan yang memegang tongkat terakhir. Manusia tidak dapat menyalahkan Tuhan, ketika mereka mengerjakan sesuatu dan mengalami kegagalan, ataupun mengalami suatu penyakit. Karena sudah seharusnya Tuhan yang mengatur apa yang sedang dikerjakan oleh manusia, dan apa yang sedang direncanakan-Nya adalah yang terbaik untuk manusia. Mujizat di Kana, terutama peristiwa Tuhan Yesus menjawab Maria ibu-Nya yang meminta-Nya untuk berbuat sesuatu, sedang menandakan suatu pemahaman yang sangat mendasar, yaitu Tuhan tidak dapat diatur oleh manusia. Waktunya Tuhan adalah tepat, dan karya-Nya selalu ajaib di mata manusia. Asalkan manusia dapat menempatkannya sebagai yang utama, bukan yang terakhir. Akan tetapi, peristiwa mujizat di Kana juga hanya bisa terjadi jika ada manusia yang berperan serta di dalamnya. Asalkan tunduk terhadap apa yang diperintahkan-Nya. Seperti para pelayan penuang air, yang tetap melakukan perintah-Nya, walaupun di dalam hati mereka tidak bisa menerima dengan akal sehat apa yang diperintahkan. Cerita perkawinan di Kana, tentu bukan sekadar menceritakan tentang sebuah perkawinan yang kekurangan konsumsi. Namun lebih daripada itu, cerita tersebut memberikan pesan pada kita untuk senantiasa bergantung kepada Allah, serta berkomitmen untuk taat dan berperan serta dalam mewujudnyatakan karya pekerjaan Allah dengan aktif dan bukan hanya berdiam diri. Bukan sekedar do the best, God will do the rest. Penulis Pdt. Timothy Setiawan GKI Kebonjati SELISIP berarti sisipan. Media ini meyakini kehadirannya mampu menyelisip di tengah derasnya arus informasi di masyarakat. View all posts Giveit your all, and leave the rest to God Philippians 4:13, NLT For I can do everything through Christ, who gives me strength. See also: Bible Verses for Work. Part 2: Do your best to grow in Christ every day. Do your best at living in peace with others. Remember, God blesses our efforts to obey him! Do your best in your walk with God, and let God do His part.
1 Alguien me podría ayudar con esta frase por favor? "Do your best, and let God do the rest" Mi intento Haga su mejor y deje Dios hacer el resto! But it does not rhyme and sounds amateur........ 2 Existe un viejo refrán español muy conocido "A Dios rogando y con el mazo dando" Pray to God and hit with the hammer la idea es similar 3 Existe un viejo refrán español muy conocido "A Dios rogando y con el mazo dando" Pray to God and hit with the hammer la idea es similar Muchísimas gracias Gato Radioso. 4 Sorry, Gato, but I don't think it¡s similar. In my opinion 'a dios rogando...' refers to a hypocrite, who mistreats everybody else but asks for mercy for themselves. Guagua's seems to be to encourage someone to do their best without being overpreoccupied, as God will help them finish whatever it is. Something like 'Haz lo mejor que puedas, que Dios se encargará del resto'. 5 Yo entiendo " a Dios rogando y con el mazo dando " igual que gato , está muy bien rezar para conseguir algo pero también tenemos que hacer lo que podamos por nuestro lado , sin esperar que todo lo solucione la divina providencia. Hay otro refrán parecido " Dios ayuda al que / a los que se ayuda/n a sí mismos" 6 Any other suggestions about the saying? 7 Muchísimas gracias Amapolas and Elixabete. Ahora he visto la diferencia. Gracias Amapolas 8 Sorry, Gato, but I don't think it¡s similar. In my opinion 'a dios rogando...' refers to a hypocrite, who mistreats everybody else but asks for mercy for themselves. Guagua's seems to be to encourage someone to do their best without being overpreoccupied, as God will help them finish whatever it is. Something like 'Haz lo mejor que puedas, que Dios se encargará del resto'. Suena más cerca en el sentido con mi frase. Gracias Amapolas. 9 Sorry, Gato, but I don't think it¡s similar. In my opinion 'a dios rogando...' refers to a hypocrite, who mistreats everybody else but asks for mercy for themselves. Guagua's seems to be to encourage someone to do their best without being overpreoccupied, as God will help them finish whatever it is. Something like 'Haz lo mejor que puedas, que Dios se encargará del resto'. This is an interesting question indeed! It looks that we have the same saying in both sides of the Atlantic, but the meaning seems to be different. In Spain, at least, the idea is what Elixabete said you should have a proactive approach to life, don´t expect your problems to be solved just by someone else God of whoever, you´ll have to work hard to achieve anything in your life. I see that in Argentina that ending con el mazo dando is understood as being harsh with the others, instead of being a hard worker as we understand it in Spain. It´s a rich language we have, full of differences and nuances! 10 No sólo en Argetina. Yo soy española y siempre he entendido el refrán como Amapolas. Bueno, las veces que lo he escuchado, no muchas, ha sido referido a la hipocresía y doble moral. Me acabo de enterar que ese no es su significado real, o el original al menos. Bueno es saberlo! 11 No sólo en Argetina. Yo soy española y siempre he entendido el refrán como Amapolas. Bueno, las veces que lo he escuchado, no muchas, ha sido referido a la hipocresía y doble moral. Me acabo de enterar que ese no es su significado real, o el original al menos. Bueno es saberlo! Qué curioso es todo esto! Siempre entendí este refrán como una defensa de la laboriosidad, nunca se me habría ocurrido que tuviera relación con la doble moral. Es un mundo cada lengua....
Labels Do the Best n let God Do The Rest. Sunday, October 20, 2013. Bagaimana Cara Menjadi Lebih Baik. Keistimewaan Hari 'Asyura (10 Muharram) Hari 'Asyura berasal dari bahasa arab yang artinya hari ke sepuluh di bulan Muharram . Hari i PELAJARAN SANG KELEDAI. “Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah engkau lemah.” HR. Muslim “Ya Rabb, hanya rahmat-Mu yang kuharapkan, Maka janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku meski sekejap mata, dan perbaikilah urusanku seluruhnya. Sungguh tidak ada Tuhan selain Engkau.” HR Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban. Dear shalihah, mari sejenak mengingat kembali, dari sejak kita dicipta dan terlahir ke bumi, kita telah membuat janji bahwa kita akan taat pada-Nya, maka tidak ada alasan untuk tidak bersungguh-sungguh dalam upaya menggapai ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala hingga nanti saatnya Allah berkata waktunya pulang. Tiga kata kunci dalam hadits ini adalah tekad, memulai jalan, dan meminta pertolongan kepada Allah. Hadits ini menyuruh kita untuk punya cita-cita besar dan semangat untuk hal yang bermanfaat bagi kita. Apa yang bermanfaat? Urusan yang bermanfaat itu ada dua bagian urusan akhirat dan urusan dunia. Seorang hamba butuh dengan hal dunia, sebagaimana ia juga butuh pada hal akhirat. Walau ada tingkatannya, mana hal yang bisa didahulukan jika bersamaan Fiqh Prioritas. Poros dari kebahagiaannya dan taufik dari Allah adalah bersungguh-sungguh untuk menyiapkan hal yang bermanfaat baginya untuk hal dunia dan akhirat. Imam Syafii berkata, “Antusiaslah terhadap apa saja yang bermanfaat padamu dan tinggalkan komentar manusia karena tidak ada orang yang bisa selamat dari komentar orang-orang jahil”. Poin utamanya adalah bukan hanya semangat bercita-cita besar saja, melainkan juga jangan lupa minta pertolongan kepada Allah. Walau punya semangat tinggi, tekad kuat, merasa pintar, merasa punya fasilitas, tanpa pertolonga Allah, tak akan terwujud. Banyaknya kegagalan yang terlewati dalam perjalanan mencari kesuksesan adalah karena kurangnya tekad dan keraguan pada diri sendiri. Maka solusi lelah adalah istirahat, bukan berhenti/menyerah. Istirahat adalah untuk isi ulang semangat, bukan lupa waktu untuk kembali berangkat. Strategi bukan mengamati apa yang bisa kita lakukan untuk masa depan, tetapi mengamati apa yang bisa kita lakukan pada hari ini agar punya masa depan. Mari kita berhati-hati terhadap manajemen afwan, sedikit-sedikit mengucapkan afwan untuk beralasan dalam hal dakwah. Mari berazzam, jangan berikan yang sisa untuk Islam. Itqan, istiqomahlah, professional dalam tiap urusan, sebab segala hal adalah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Ketika kita tidak atau belum bisa memperbaiki lingkungan, maka kita bisa memilih untuk diam-diam memperbaiki diri kita sendiri. Ketika kita tidak bisa mengubah kejadian, maka kita bisa mencoba untuk mengubah sikap dan sudut pandang kita sendiri. Ketika kita tidak mampu mengubah masa lalu, kita bisa memilih untuk mengubah diri kita yang sekarang. Kita tidak bisa tahu apa yang akan terjadi besok, tapi kita bisa mengendalikan diri untuk memaksimalkan hari ini. Masa depan untuk direncanakan, tapi bukan untuk dikhawatirkan. Esok adalah akumulasi dari apa yang kita upayakan pada setiap hari ini. Yakini bahwa Allah telah berjanji kita akan menuai dari apa yang kita tanam. Ikhtiarkan yang terbaik dan bersihkan hati untuk menagih apa yang telah dijanji. Selayaknya es batu, ia akan tetap mencair seiring berjalannya waktu. Demikian juga dengan usia, ia akan tetap berlalu meski kita tak melakukan apapun. Maka pilihannya adalah bangkit segera untuk segera mengambil peran terbaik, bergerak atau tergantikan. Sekarang atau tidak sama sekali. Karena terkadang tidak akan lagi dijumpai kata nanti, atas kesempatan yang telah terlewati. Jika kamu insecure, segera ingat ayat ini “Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.” QS. At Tin ayat 4. Alasan kita hadir adalah dituntut untuk mengambil peran terbaik, maka jadilah muslih. Seorang muslim tak cukup menjadi orang shalih yang puas dengan keistiqamahan dirinya. Tetapi ia harus menjadi seorang muslih yang berusaha mengajak orang lain untuk beristiqamah. Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah berkata, “Tak cukup bagi seseorang untuk mengatakan, saya tak berkewajiban kecuali hanya mengurus diri sendiri dan tak peduli dengan orang lain.’ Akan tetapi harus berusaha seoptimal mungkin untuk menshalihkan orang lain, karena hal itu bagian dari nasihat dan cinta kebaikan bagi orang lain”. Ittihaful Qari’. Bertekad kuat azzam atas impian apapun yang engkau yakini itu bermanfaat bagi banyak hal khususnya bagi dakwah dan ummat, akan menjadi kenyataan, ketika Allah sudah izinkan, dan izin Allah biasanya akan turun ketika kita berani untuk bermimpi, mengupayakannya menjadi terwujud. Fokuslah pada hal yang bisa kamu control, luruskan niat, berikan usaha terbaik, progress yang terencana dan bertawakkal. Sebab apapun itu, pilihan dari sisi Allah adalah yang terbaik bagi kita. Do the best and let Allah do the rest. Maka berusahalah menjadi dirimu dengan segala kemampuan terbaik yang kamu miliki dan mampu lakukan. Ketika merasa kecewa, sedih , gagal dan marah, segera pilih lensa kebahagiaan kita. Karena bahagia itu kita yang mencipta dengan cara pandang diri sendiri, karena bahagia tercipta dari cara pandang kita terhadap suatu hal yang terjadi pada kita. Begitu pula halnya dalam perjalanan mencapai tujuan, tak akan semulus rencana, ketika menemui kegagalan atau kesulitan, jangan menyerah. Nikmati prosesnya dan berjuanglah di atas keyakinan yang ada pada dirimu trust the process, enjoy the journey, n live ur believes. Karena setiap lelah yang lillah akan mendapat pahala yang berlimpah. Batasan itu kita yang ciptakan sendiri dalam pikiran, nothing impossible, yang ada I’m possible. Kita bisa, insha Allah bisa. You is your only limit. Dan Allah’s power is limitless, mungkin kita terbatas, tapi kuasa Allah, tanpa batas. Mintalah petunjuk dan kemudahan jalan kepada-Nya. Doa menjadi sarana terbaik di saat kita tidak punya apa-apa, senjata paling ampuh adalah kita punya doa terbaik, bertanyalah pada yang paling mengetahui diri kita, pada yang memiliki diri kita. Sebab tak ada yang bisa mengubah takdir selain doa, yang dapat menambah umur hanyalah amalan kebaikan. HR. Tirmidzi, hasan. Makin kita banyak berdoa, takdir akan mudah kita hadapi. Lakukan semua peluang amal kebaikan apapun yang dapat kau ambil, mohon kekuatan-Nya dengan doa maka Allah yang akan menyelesaikan. Bersihkan hati dari dengki, sombong dan riya. Jika hatimu bersih maka akan ada cahaya yang kamu tidak tahu apa itu, ada orang-orang yang mencintaimu tanpa sebab, ada kemudahan yang tidak tahu dari mana asalnya. Wallahu Ta’ala A’lam Semoga shalawat serta salam Allah tercurah atas hamba dan Rasul-Nya Nabi kita Muhammad, para keluarganya dan sahabat-sahabatnya semuanya. LTL
HakunaMatata adalah sebuah ungkapan dalam bahasa Swahili yang artinya adalah Jangan Kuatir. Ungkapan ini diucapkan oleh karakter Timon dan Pumba dalam film animasi anak The Lion King yang populer di tahun 90-an, dan dikemas ulang serta ditayangkan baru-baru ini di bioskop. Tanpa kita sadari, kekuatiran melanda seluruh lapisan usia, termasuk anak-anak.
The Positive Thinking mempunyai motto utama Do the best, God takes the rest, artinya” Lakukan semua upaya dlm proses pencapaian tujuan/dream/cita cita/keinginan/tugas pokok dengan sebaik mungkin sesuai aturan main kehidupan manusia yaitu Norma Agama, Hukum, Adat , Kesopanan/etika, Susila, kemudian serahkan keputusan hasil akhir dari semua upaya baik kita itu pada Tuhan! Keputusan hasil akhirnya adalah mutlak hak prerogratif Tuhan, yg disebut TAKDIR!!!… Apapun putusan akhir Tuhan mutlak harus kita terima dg ikhlas, tawakkal ,bersyukur,karena pasti putusan Tuhan itu sebenarnya adalah Terbaik bagi kita,!!! Bilamana kita gagal mencapai tujuan/dream/tugas pokok/keinginan , jangan putus asa atau marah atau mengeluh mencari kambing hitam sebagai sasaran kekecewaan kita…!!! Segera lakukan introspeksi/mawas diri/evaluasi diri secara jujur dan pikiran yg tenang dan waras, kira kira “Apa Kesalahan dan Kekurangan saya dalam melakukan proses Upaya Mencapai Tujuan???” Lakukan introspeksi menggunakan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, meliputi seluruh aspek norma kehidupan/Rules Of The Game ! Pelajari lagi seluruh ilmu yg berkaitan dg tujuan yg ingin dicapai secara serius dan obyektif, jangan hanya ikuti persepsi dan pendapat pribadi saja! Buang jauh paradigma berpikir “Tidak apa gagal,asal tetap menjadi diri sendiri dan tidak ikut pendapat orang lain !” Karakter seperti ini adalah karakter orang sombong dan semau gua,tertutup serta “Buta Hati”… Orang berkarakter seperti ini kecerdasan emosional dan spiritual nya sangat rendah…! Walaupun dia nilai IQ nya sangat tinggi,diatas 140 misalnya, hidupnya akan berakhir dg kegagalan dan kesengsaraan yang berkepanjangan… Jadi agar bisa sukses mengimplementasikan motto tersebut ,mutlak kita harus mempelajari ilmu ttg “Kecerdasan Emosional”dan “Kecerdasan Spiritual”.. Lembaga ESQ Leadership Center yg mengajarkan ESQ Way 165, yg didirikan dan dipimpin oleh DR Hc Ginanjar Agustian di Jakarta ,mengajarkan kedua kecerdasan tersebut secara intensif dan sukses di Indonesia dan mancanegara… Yang berminat,.silahkan browsing internet… Navigasi pos .